Malas bangun, malas mandi, malas sekolah.
"Aku masih ngantuk mamaaaaaa," mereka berteriak seolah tidur sejak jam 9 malam sudah terlalu larut bagi mereka.
Lalu, gelengan demi gelengan
"Nggak mau makan!"
"Nggak mau minum susu!"
"Nggak mau duit gopeeeeekkk," *bahkan si kecil pun inginnya jajan seribu*
Semua teori ditumpahkan
"Ayo sayaaang, anak soleeeeh..."
"Anak salihat, makan supaya kuat,"
"Banyak orang tak bisa makan, tak bisa sekolah. Alhamdulillah, kakak dan kiki masih bisa sekolah dan makan enak-enak....yuuuukkk,"
"Kalau kita mandi, badan segar, penuh semangat..."
Tapi
Mereka berkeras
dan teori-teori itu menguap
rasanya saldo kesabaran, terkuras hanya untuk dua jam pertama
Lalu defisit
"Berangkat sekolah sekarang juga!"
"Habiskan sarapan, jangan lupa minum susu!"
Rasa kesal memuncak hingga di ujung kepala.
Lalu mereka beranjak. Dengan tas-tas ransel di punggung mereka.
Sepeti kura-kura kecil merayap menuju hamparan lautan
Aku melepas mereka dengan sepenuh doa dan harapan
Rumah kembali sunyi
Detlen sedang berlangsung. Hujan turun tak henti-henti. Tetapi sejak kemarin pompa air ngadat. Hanya menyisakan setetes demi setetes air yang telah habis pagi ini.
Cucian tak kunjung kering. Setrikaan menggunung menanti dibenahi. Gerah, sumuk, rasa ingin berendam, masih harus ditambah dering telepon tak putus-putus,
"Mbak, bahan iklan belon masuk satu,..."
" Mbak, kartu nama belum dibuat..." *padahal order sudah dilakukan sejak lama*
"Mbak, foto profil gagal, harus dikejar ulang..."
Duh, kenapa anak-anak lama sekali pulang?