Akhir-akhir ini di rumah lagi "diteror" oleh pedagang sukam alias susu kambing. Ya, si @mindud sekarang jualan susu kambing yang menurut kabar lebih bagus dari susu sapi karena punya beberapa kelebihan, seperti misalnya, lebih mudah dicerna oleh tubuh manusia dan memiliki kandungan vitamin dan mineral lebih lengkap. gitu deh.
Nah, karena kegigihan si @mindud dan juga karena saya brosing-brosing eh ternyata oh ternyata sukam ini memang kaya manfaat, saya pun tertarik mencoba beli. Mula-mula saya beli yang rasa kopi ginseng, secara saya ini pecinta kopi. Ngebayanginnya aja hmmmm bakalan asyik nih sukam rasa kopi ginseng. pastinya mantaaaafff...
tetapi sehari dua hari sampe seminggu bahkan sepuluh hari tu sukam rasa kopi ginseng yang sebenarnya menggiurkan itu masih tersimpan rapi dan rapat dalam kotaknya alias beloman dibuka. Alasannya: malas
Ish ish ish, tapi memang sih, sejak rutin beli dan minum susu UHT *tepatnya sejak dua tahun setengah lalu, seiring usia minum UHT si Zaydan* kami di rumah sudah terlena dengan keasyikan minum susu tinggal tusuk dan sedot. Enak pula.
Maka, si emak yang malas ini segera tanya pada @mindud apakah dia punya sukam siap minum. ternyata ada meski langka. itu adalah raw sukam yang merupakan sukam segar botolan. Musti ditaruh di friser dan kalau mau minum musti dipanaskan dengan merendam sang botol dalam air panas.
Weh weh weh, jadi mirip si Zaydan dulu kalau mau minum ASI saat emaknya ngantor dong. Minum ASI botolan yang dah disimpan di friser. Sementara sekarang maknya minum ASIK alias air susu ibu kambing. huehehehe
Diminumlah itu si raw sukam, tetapi meskipun saya tidak sedemikian menolak rasanya *karena saya suka minum susu sapi segar* tetap rasanya kurang okeh untuk dijadikan minuman ruitin harian.
So saya kembali tertarik pada si sukam bubuk lagi. Dan akhirnya mencicipi itu si sukam bubuk rasa kopi ginseng. Ternyata enak dan sayapun sudah siap dengan konsekuensinya karena diberi tahu jaoh-jaoh ari sama si @mindud bahwa sukam itu tidak sepekat susu sapi. jadi jangan kaget kalau anda minum sukam terkesan cair.
Tetapi setelah bikin pertama kali, tu sukam nggak diminum lagi. Soalnya, gitu deh, males bikinnya. Ish ish ish..... kok bisa males, sebab, pengalaman di rumah, supaya rasa minum sukamnya lebih mantap dan "nendang" tu sukam sebaiknya diblender dengan penambahan sedikit es batu macam bikin minuman pop ice atau diblender dan disimpan di kulkas
Jadilah saya macet lagi minum sukam, hingga beberapa hari kemudian @mindud nawar2in lagi sukam dengan rasa berbeda.
"Ayo, sekarang cobain lagi rasa yang lain. Strawberry, coklat, plain..." bujuknya
"Yang kopi aja masih ada."
"Kenapa gak diabisin? Ish, itu kan cuma buat 10 gelas, mestinya abis dua tiga hari."
"Males bikinnya. Kemarin nyobain pake diblender enak, tapi sekarang ngeblender susu sebelum minum rasanya males."
"Kenapa gak bikin sekalian aja sebungkus, dijadiin seliter atau dua liter trus simpen di kulkas. Kalau mau minum tinggal glek. Repot bikinnya kan jadi sekali doang, dua hari sekali."
Eh, eh, bener juga ya ide si @mindud. Layak dicoba tuh. Secara anak-anak dan si abah juga maunya minum susu tinggal sruput, kalau disuruh nunggu atau bikin blenderan pasti ogah, nah kalau dah sedia di kulkas tentu pada senang.
Maka, setelah obrolan itu, saya pun mempraktekkan pembuatan sukam versi literan. Hari pertama bikin sukam sesuai petunjuk di kotaknya, karena 200 cc air ditambah 20 gram susu, maka sekotak susu alias 200gr susu saya campur 2liter air dengan perbandingan 1 liter panas, 1 liter dingin. Semua diblender.
Berhubung blender saya cuma berkapasitas kira2 1 liter saja maka saya membuat blenderan susu ini dua kali. Seliter pertama saya blender tanpa tambahan gula *buat saya dan zaydan* dan blenderan kedua saya beri tambahan gula *buat bapake dan anak2 yang dah pada gede-gede*
Setelah diblend, si susu ini segera disimpan dalam botol dan dimasukkan kulkas. Yang diberi tambahan gula dimasukkan botol ukuran seliter. yang non gula dimasukkan dalam dua botol 500 ml, dengan niatan, kalau mau ke kantor tinggal gotong, masukin tas. Hmmm....
Beberapa waktu kemudian, setelah dingin, susu ini siap untuk diminum. Tinggal tuang ke gelas dan srupuuuut. Nyam..... sedaaaaap
Begitulah, sesi kemalasan berhasil diatasi dengan cara bikin susu sekardus sekali bikin. tetapi masalah saya ternyata belum berakhir.
Dengan tersedianya susu di dalam kulkas dalam kondisi siap minum, ternyata ada peminum susu skala aktif yang beroperasi. Sehingga, susu yang semestinya habis diminum dua hari untuk berlima ini nyatanya seringkali hilang dalam semalam, dan hanya meliputi 3 tersangka utama. Saya, suami dan Zaydan. Akibatnya, susu cepat habis dan musti beli lagi.
Kalau si tetangga yang jualan ni susu tahu, dia pasti bersorak gembira, karena dagangannya bisa laris. tapi sayang kecepatan habis si susu tidak berbanding lurus dengan kecepatan pengisian kantong. Sehingga saya harus mensiasati agar tidak terjadi jebolnya APBRT sebagaimana jebolnya APBN negara kita gegara subsidi BBM *ehm*
Maka, sukam harus diselingi dengan supi *susu sapi* atau saya harus berubah menjadi ibu rajin. yang membuat susu segelas-segelas saja agar konsumsi minuman segar asyik ini menjadi lebih terkendali hitungannya.
Deuh, kayak ngebahas apa aja ya... cuma urusan minum susu doang. Hahahahaha
0 comments:
Post a Comment