Sungguh. banyak alasan bisa disebut kalau mau membuat hari-hari mendung di Jakarta jadi bertambah gelap. Baju yang baru saja diambil dari penjahit ternyata kekecilan. Padahal sang penjahit mengukur badan saya langsung dan bukannya sekedar berpatokan pada contoh baju jadi yang biasa dipakai. Dan jumlah bajunya lumayan banyak, empat. Dan bahannya bagus-bagus pula. Sedih, mangkel, kuciwa. Ya pastilah....
Lalu urusan memindahkan sekolah anak dari satu wilayah ke wilayah lain di sesama Jakarta ternyata memusingkan, melelahkan, menjengkelkan, menguras emosi dan menguras kantong! Si abang yang selama ini sekolah di Jakarta Barat sana -amboi jauhnya- harus berangkat jam 10 pagi dan tiba di rumah selepas isya alias kira-kira jam 20. Itu juga kalau nggak pake acara ketiduran karena terlalu lelah yang menyebabkan abang terbangun di halte busway nun jauh di sana dan harus berbalik.
Jadi begitulah, berbekal prasangka baik -dan surat edaran dari diknas bahwa pindah sekolah itu mudah dan cepat- si Abang dipindahkan. Satu dua sekolah yang didatangi memberi isyarat tak bisa menerima karena peminat pindah lebih banyak dari jumlah bangku kosong. satu dua sekolah lain memberi isyarat bisa diterima setelah menilai ini dan itu. Tetapi persamaan dari semua sekolah (yang ironisnya memasang spanduk besar-besar dan lebar-lebar di halaman sekolah: Menyelenggarakan Pendidikan Bebas Pungutan) ini adalah: ada "biaya" mutasi yang jumlahnya jut-jut rupiah dan benar-benar bikin jut-jut hati juga :c
Ada lagi soal rumah bocor. Oh, biasa menurut Anda? ah, nanti dulu. Rumah bocor memang biasa. Tapi persoalannya atap rumah berikut talang-talangnya baru saja dibenahi alias dibetulkan tukang (karena masalah bocor juga) kira-kira hmmm...enam? lima atau empat bulan yang lalu. Dananya waktu itu sudah jut-jutan juga. Masak sih sekarang harus renovasi lagi? aaaarrrrrgggghhh
Eh, rupanya itu ada kaitannya sama kucing. Ya kucing se RT dan mungkin se RW yang entah bagaimana ceritanya agaknya bermufakat bahwa rumah saya -atap dan loteng-loteng tepatnya- adalah kawasan strategis untuk mereka berkumpul, reuni, saling bersosialisasi termasuk bertengkar dan kawin!
Kucing-kucing ini sukses menggeser, meretakkan hingga merontokkan genteng, menjebol langit-langit, meninggalkan hasil pupnya di halaman dan menjumpalitan pot-pot bunga saya hingga tanaman berikut tanah dan pupuknya terbongkar dan berserakan di teras depan rumah. ggggrrrr...
Lanjut. pekan lalu saya beli baju secara online untuk si bayi 6 bulan. Baju merek tertentu yang diincar sizenya kecil buat tubuh si bayi. Sehingga biasanya saya beli satu size diatasnya. jadi kalau perlu size 6 saya harus ambil size 9. Sudah saya tulis lengkap-lengkap di mail pada si penjual online. Berikut beberapa mainan lucu. Tetapi apa mau dikata, begitu hari H tiba, datanglah ke rumah saya mainan lucu dengan baju pesanan yang ber-size 3! TIGA! Hwaaaa
Tapi itu belum seberapa. Keesokan harinya, pesanan mainan dari toko online lain datang lagi. Mengantarkan seekor gajah lucu bertipe pull and go, yang artinya tentu saja dipull bisa go! hehe. Di belakang si gajah, tepatnya digerobaknya tempat bersandar, ada semacam tali penarik. Begitu ditarik....krrrrrkkkk.....lalu srrrrrrrr si gajah meluncur lincah. Kereeen. Lucuuuuu. Si bayi pun tertawa penuh minat sambil meninggikan badan dalam posisi tengkurap ala ular kobra.
Lalu datanglah anak-anak tetangga kira-kira sejam setelah si gajah datang. Mereka sangat antusias melihat si gajah dan mulai berebut. si Kakak Kia dan si Atu Adik kemudian mulai menariki tali si gajah. Kkkkkkrr.... srrrrrrr.......krrrrrkkk......srrrrrrr bergantian. Sampai kemudian si kakak yang antusias itu menarik si tali gajah kuat-kuat, kkkkkkrrrrrrrrrrrrrrrrrkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk...... sssrt! lho! macet! si gajah cuma ngesot sedikit lalu berhenti. Dan setelah itu sang gajah pun berhenti dari kemampuan "go"nya karena sudah di "pull" dengan maksimal. Hyaaaaaaaaa.
Percayalah saudara-saudara. Mendung bisa semakin menghitam karena kejadian ini cuma terjadi di pekan lalu. Beruntun-runtun. Bertumpuk-tumpuk. Belum termasuk tumpukan pekerjaan di kantor dan tumpukan cucian baju dan tumpukan setrikaan lho yaaaaa.
Oh, rasanya ingin berteriak, marah-marah, lempar kursi *lebay* dan manyun tiga hari tiga malam. Tapi....eh...hmm...tahu-tahu mikir.Tenang...tenang...sabar...sabar...kalau berteriak dan marah apakah bocornya jadi mampet? nggak . Apa gajahnya jadi maju. Nggak. Apa bajunya jadi longgar. Mungkin kalau karena sedih terus gak napsu makan terus jadi kurus *ngarep. Apalagi manyun tiga hari pasti nggak enak. Nggak enak dilihat dan nggak enak dijabaninnya.
Ya iyalah. Selain ada adik bayi yang super lucu, dan ganteng dan keren dan menggemaskan itu, kalau mau fair, masih banyyaaaaaaaaaaaaaaaak hal indah lain yang patut dikenang dalam pekan yang mendung dan muram ini. Oke, tugasku sekarang adalah mencoba tarik nafas dan mengingat-ingat segala yang indah itu. Apa ya?
Satu: bahwa si abang toh akhirnya akan sekolah di sekolah yang cukup dekat dari rumah. sehingga tidak kecapekan dan makan banyak ongkos. sip. Dua: di kulkas ada tiga botol bumbu dasar siap pakai yang memudahkan banget kalau mau masak dan itu adalah hasil bikinan sendiri dari selama 15 tahun cuma niat doang mau bikin. sip. Tiga: Bos pulang dari dinas ke Riau dan Papua dan membawakan kain khas Riau dan Papua. sip. Empat: Adik bayi senang mainin si gajah terutama gigit hidungnya :D. sip. Lima: Kakak sudah pintar goreng ayam dan bikin sayur bayam. sip. Enam: Abang rajin cuci piring dan beberes rumah. sip. Tujuh: Kulkas sekarang sudah bisa bikin es batu mengeras. sip. Delapan: USB nenek yang hilang ketemu. sip. Sembilan: dua dari 4 baju yang kekecilan dibeli kakak tertua. sip. Sepuluh: musim hujan yang membawa hawa dingin sudah datang tapi miagliaku nggak kambuh. siiiip.
Wah, meski ini baru sebagian hal yang juga terjadi bersamaan di pekan lalu tapi semua sudah bikin senyum mulai merekah.Memang, soal sekolah itu masih harus tetap diurus. Baju juga perlu dipermak. Genteng bocor pastilah harus ditambal dan si gajah. Yah yang penting rodanya masih muter, bisa untuk didorong-dorong.
Tapi setidaknya saya mulai membiasakan diri untuk bisa mencari segala macam keindahan dan nikmat yang Allah berikan, sesuntuk apapaun situasi saya pada suatu masa. Saya tahu saya tidak bisa menghilangkan duka, sedih, marah atau kecewa saat suatu situasi tidak berjalan sempurna atau tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Tapi berlama-lama murung mendung jelas tidak enak dan tidak memberi solusi juga. Jadi inilah cara saya, berusaha memilih sikap terbaik dalam menghadapi hal-hal yang "buruk". Harapannya kalau suasana hati lebih cerah kan lebih mudah mencari pemecahan masalah.
So, baju sempit, rumah bocor, sekolah resek, mainan rusak. Itu fakta. Kenyataan. Tetapi ya Allah, terima kasih bahwa masih banyak hal lain yang membuat hidup tetap bisa terlihat indah. Alhamdulillah...