Heboh Ied 1433 H Agustus 2012

Mama, papa, kakak, abang dan zay, sesaat setelah sholat Idul Fitri dan beberapa saat sebelum boyongan ke Sumedang.

Say Cheezzzzz!

Idul Fitri memang waktu yang sangat menggembirakan. Bahkan si kecil Zay pun bisa mengendus aroma kegembiraan itu dan memberikan senyum terbaiknya. Say cheezzz...

Air Terjun "Curug Orok" Garut Jawa Barat

Papa dan Zay yang masih bayi 3 bulan alias masih pantas disebut orok berpose di depan lintasan air terjun orok. Dingin. Tapi alhamdulillah Zaydan ketawa-ketawa dan pulangnya tidak sakit.

Satu...Dua...Tiga....

Memanfaatkan masa rihlah bersama sahabat-sahabat, papa, mama, kakak, abang dan zay menikmati segarnya udara di air terjun curug orok, Garut. Alhamdulillah.

Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC

Bersama rekan-rekan wartawan saat melakukan kunjungan "foreign press tour" ke USA, sempat mampir ke Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC.

Tuesday, January 29, 2013

Posisi Laki-laki Lebih Tinggi

Maaf yak, bukan mau diskriminasi, tapi...
posisi anak laki-lakiku memang lebih tinggi dari anak perempuanmu
Itu fakta lho, bukan fiksi *colek @ummindud


Thursday, January 17, 2013

(Tetap) Banjir

Alhamdulillah, sudah tahun 2013. Hiruk pikuk pemilihan kepala daerah sudah lewat. Jokowi (Joko Widodo) dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) sudah terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Kita tentu berharap pejabat baru ini bisa memberikan perubahan positip yang berarti. Membuat sebentuk pembaharuan. Gak salah dong berharap gitu, salah sendiri bikin tagline kampanye Jakarta Baru
:D
Gaya kerjanya sih sudah mulai nampak beda. Jokowi demen blusukan, yang artinya sih semacem turba wal sidak wal keluar masup kampung gitulah. Ceritanya kan lebih merakyat dan lebih sigap gitu. Sementara Ahok lebih banyak main di tataran pertemuan dan meeting, sehingga jadi mirip pengusaha lagi bikin rapat bisnis. Hehe.

Kalau di berita-berita media, Bang Ahok ini sepertinya dah mulai sering gerah, sehingga sering naik darah, lalu ngumel-ngumel wal kadang-kadang misuh-misuh atau malah meletup-letup saat dipojokkan oleh banyak pihak. Ya pengusaha, pemerhati *sosial, jakarta, berita de el el* juga mahasiswa. Maka lengkaplah celetukan orang kalau Bang Ahok beneran mirip pengusaha lagi mempertahankan bisnis di Mangga Dua.

Berbagai rencana sudah mulai dijembrengin oleh Bang Joko dan Bang Ahok ini, dari mulai niatan meng-golkan proyek MRT, bikin perumahan alias rusun bersubsidi dekat stasiun, ngegeber kartu sehat dan kartu pintar dan lain-lain.

Lalu, para penonton yang dulu menggebu-gebu menjunjung, juga wartawan dan pengamat yang mengelu-elukan *kan di kampung betawi, wajar kan di elu-elu in :p* mulai kumat pasang stopwatch seperti yang sudah-sudah kalau ada orang naik jabatan. Mereka diberi target 100 hari untuk membuktikan kalau kerja mereka memang “aduhai”

Maka saya suka kesian liat Jokowi dan Ahok ini, soalnya, apa saja sekarang jadi sorotan, mentang-mentang argo 100 harinya sudah berjalan. Semua tingkah laku, ucapan dan kebijakan segera dikaitkan sama janji-janji kampanye dahulu kala, pleus tentu saja diberi polesan komen dan evaluasi. Hingga, mungkin saking capeknya, Bang Ahok sampai dikabarkan sempat gebrak meja dan bilang, “Kami baru dua bulan, Bung!” wah, jadi mirip orang medan, dia! hehe

Kemudian, jelang 100 hari sudah diambang mata, musim hujan beneran pun tiba. Kenapa saya sebut beneran, karena sejak trisemester akhir 2012 juga sudah mulai ada hujan, tapi masih berwujud sepoi-sepoi saja. kadang hujan deras dikit untuk kemudian berhenti.
Namun di akhir Desember sampai awal Januari, hujan lebat yang bat bat bat mulai sering mengguyur hingga berubah menjadi hujan deraz raz raz yang ditingkahi pula dengan angin kencang sampai pertengah Januari. Frekuensi hujan jadi berubah dari yang tadinya sekedar sore hingga malam menjadi dari tengah malam ke pagi buta menderas, lalu mereda sampai subuh lalu menderas sampai dhuha lalu merintik sampai zuhur lalu menderas sampai ashar lalu… yah, itulah hujan sepanjang hari.

Baru hari ke-90 Mas eh Bang Jokowi, tapi tamu rutin Jakarta sudah datang menghadang. Banjir. Banjir. Dan banjir. Memang sih di beberapa tempat ukurannya masih sebatas *mengutip perkataan mantan Gubernur DKI yang lalu, Bang Foke* air tergenang saja. Tapi di beberapa tempat sudah sampai ke dada *bebek* alias semata kaki.

Lalu hujan tak kunjung berhenti. Angin kencang masih menari-nari. Air pun naik sebetis dan belum berhenti. Di hari ke 92, Jokowi pun berkata; Banjir semalam terlalu banyak. Hyaaaaaa saya pun mengikik tergeli-geli…

Hari ini baru hari ke-94 Jokowi, tetapi beliau sudah membuat Tanggap Darurat Jakarta terhadap banjir. Lalu kembali blusukan menyambangi tempat-tempat banjir dan membagikan bantuan di sana-sini.

Jelas, kepalanya pasti pusing, karena banyak pihak mulai berteriak, bagaimana ini Jokowiiiiiii…. dan saya duga Jokowi pasti merindukan kota Solonya nun jauh di sana, dimana  air mengalir sampai jauuuuuuh

Welcome to Jakarta Jokowi. Selamat bekerja.
Maaf baru sempet kasih selamat ya

Wednesday, January 16, 2013

Bedah Negeri Pagi-Pagi

Hujan pagi ini sungguh lucu. Berhenti sekejap, menderas lima kejap, berhenti dua kejap, menderas tiga kejap. Ah, kalau soal kejap-kejap ini tak valid benar minta maaflah, yang jelas, itu hujan turun setop turun setop bolak-balik dari subuh sampai waktu antar Zay ke Pegunungan Tibet datang.

Lepas antar Zay ke Pegunungan Tibet *dan tumben hari ini dia diserahterimakan tanpa mengamook* maka saya dan @koh jalan lagi. belok kiri-kanan, sampai di pancoran lalu @koh berhenti. eh, kok berhenti? ya ampuuun saya lupa, bukankah @koh dah kate tak bisa antar ke Senayan pagi ni kerana ada janji dengan Prof Uyeh *colek @ummindud*

Maka saya pun menanti kendaraan di perempatan lampu merah, lalu dengan semangat hematologi bertekad tak akan bermanja-manja naik taksi melainkan bus.

Semenit hingga sepuluh menit bis metromini 640 tak kunjung tiba sampai munculah kopaja 616 jurusan ke blok m. Wow, bakal jauh, tapi wow, daripada nggak ada progress kan. Maka saya pun naiklah. Menikmati jalan yang syukurnya tak terlalu macet hingga tahu bahwa di belokan setelah Pondok Karya ada Bank Syariah Mandiri Cabang Tendean baru buka. Oooow

Singkat kata sampailah kita di perempatan Mabes Polri. Nyebrang dan menanti bis kopaja 615 dengan tenang. Sayang, hingga 15 menit berlalu, bis tak kunnjung tiba. Jam hape *tak punya jam tangan sih* sudah menunjukkan pukul 10. 15. Waduh...waduh...padahal jam 11 ada rapat. Maka saya mulai gelisah, gundah dan goyah.

Akhirnya, ilmu hematologi menguap digantikan ilmu kawatirtelatologi yang sepertinya lebih memaksa. Maka tangan dilambaikan dan sepotong taksi putih pun berhenti. Taksi warna putih. Ya, ya, ya, untuk urusan naik taksi saya memang agak rewel, hanya percaya pada taksi-taksi bermerk tertentu untuk soal kenyamanan. 

Saat naik, sopirnya ramah menyapa; selamat pagi, bu, kemana kita?
*Rumah Nenek!* 
eh, salah, itu mah adegan di pelem Dora.

Saya menjawab, DPR, pintu belakang.
Sang sopir mengangguk dan mobil melaju. Menyebrang dari arah Mabes Polri, masuk di belakang Al-Azhar dan stuck. Wuiiiih, maceeeet.

"Macet begini, semua gak mau sabar deh," si sopir mulai buka suara. Soalnya sayup-sayup terdengar klakson bersahut-sahutan.

Saya yang biasanya males meladeni obrolan sopir taksi, apalagi kalau lagi capek, kali ini menjawab pendek, "iya Pak... kayak yang kalau diklakson jadi lancar ajah..."
maklum, pagi itu saya masih belum capek dan hati lagi deg2an kerana mau ada rapat jam 11, jadi ya ngobrol ringan nggak apa-apalah, toh si abang sopir ini sopan. Bukankah kata pepatah, eh kata sticker di angkot: Situ Sopan, Sini Segan? hihihi

Eh, tahunya si sopir nggak cukup bicara sampai di situ, dia malah melanjutkan...saya lantas menimpali, jadilah terjadi obrolan pagi yang cukup seru meski ngalor ngidul kesana kemari. Diantara, sebab susah kalau ditulis semua, adalah yang kayak begini...

"Mana beberapa jalan dah mulai ditutup lagi..."
"Oh ya, kenapa Pak? Banjir ya?"
" Iya, di jatinegara, udah banjir sebadan. Di petamburan juga. Daan mogot. semua."
"Bandara terganggu tuh ya?" saya ingat rekan kerja, Indon yang musti jemput mertuanya di Bandara.
"Iya, kebanjiran tuh cengkareng."

Lalu percakapan pindah topik
"Coba itu si Jokowi, katanya mau nambah 600 busway di bulan juni. Mana sekarang kopaja AC boleh masuk jalur busway."
"Masak sih Pa? Bukannya itu jalur khusus bis Transjakarta?" saya nanya
"Nggak, pada masuk situ. Mulai kemarenan. Nantinya semua kopaja dan metromini tuh bakal boleh masuk jalur itu."
"Oh ya? masak sih? Ini mah saya baru denger. Nggosip kali si Pak Taksi neh.
"Nanti kan semua kopaja dan metromini mau diremajakan, di acein," kata Pak Taksi 
"Iya, saya denger mau diremajakan tapi gak tahu deh kalau pake rencana masuk jalan busway."
"Oh, pake Bu, kan nanti pintunya dibuat tiga, di tengah pintu tinggi biar pas sama halte busway, jadi nanti semua lewat situ."
"Ooooh ya?"

Tahu-tahu Pak Taksi nyambung begini
"Lihat aja, jalan busway kan sekarang dtinggiin, padahal mau ada 600 armada baru. Kalau di tengah mogok gimana coba?"
"terus ada mobil dan motor dan bus di belakang jalurnya..." saya manas-manasin
"Itulah, bakal susah pasti kan."
"Kira-kira ngurangin kemacetan gak ya?" saya sok pura-pura nanya 
"Halah, gak bakalan. Apalagi tipe metromini. Huh, mau diganti nama dan dandanan kayak apa juga sama aja. Kelakuannya kan Ibu tahu sendiri metromini. Nanti dia keluar masuk jalur busway seenak dia deh."
"Makanya kan mau ditertibkan Pak, mau ditata."
"Yang musti ditata itu orangnya dulu. Coba lihat tuh Jokowi waktu ngecek metromini, ampe kaget kan, speedometer gada, ini itu gada, yangpenting bisa jalan aja kali."
"Masih bagus ada remnya kan Pak." Saya iseng lagi
"Itu dia, buat metromini, kadang rem itu kan ya puunan. Kalu belom nabrak puun belom berhenti."
Waduh, saya nggak bisa jawab. Serem sambil pengen ketawa geli.

Sunyi sebentar. Mobil melaju dikit.
"Nah, itu katanya, segala mau bikin MRT, Tol, Perumahan, Banjir Kanal, Jalan Layang, semua kok mau dilakuin begitu. Ya satu-satu dong."
Oh, dia rupanya mulai masuk topik kebijakan gubernur nih.

"Ngapain coba jadi gubernur blusukan kesana kemari, nggak ada wibawanya, kayak nggak bisa nyuruh anak buah aja."
Hmmm.hhmmm saya senyum -seyumn.
"mustinya sesekali aja ngontrol. kasih anak buah tugas gituh. biar berwibawa gitu jadi pejabat."
Hehehe, saya ketawa lagi. 

"Kayak si Dahlan Iskan, malah pake nubruk. Saya bilang itulah pejabat lebay."
Ooh, ganti topik rupanya. Tapi masih mengkritik pejabat nih
"Maksudnya kan pengen ngetes mobil Pak, biar yakin."
"Ya kan bisa nyuruh anak buah."
"Kurang sreg kali, pengen nyoba sendiri."
"Ya jangan di jalan dong, di sentul sanah. Mau ngebut, mau terguling, mau rusak, kan tempatnya."
Hmm...hmmm... bener juga, pikir saya.

"Tapi orang memang suka nggak peduli orang laen. Suka ngaco. Kayak itu, masak demo, bikin kereta gak bisa jalan."

Nah,kali ini rupanya giliran mahasiswa disemprot. Si bapak rupanya sebel ama aksi mahasiwa UI yang atas dasar membela pedagang yang digusur dari pinggiran rel kereta api, lalu menduduki rel hingga kereta tak bisa lewat.

"Iya tuh Pak, say juga baca. Katanya menduduki rel."
"Sampe dua jam kereta gak jalan. Padahal kan ada orang mau cuci darah, apa mau nengok ibunya, apa mau kerja. Dipikir nggak sih. Itu kan merugikan merugikan masyarakat umum."
"iya Pak, bener."
"Lah kalau mau demo, sana dong ke kantor PJKA, kenapa dudukin rel kereta."
"Karena ngebela pedagang yang diusir dekat situ Pak. Padahal sih katanya tu pedagang memang make tanah PJKA." saya melah ngelantur.
"Nah itu berarti apa coba, artinya yang punya tanah bego yang make tanah goblok." Pak Taksi mengucapkan bego dan gobloknya dengan mantap sangat. wuiiih.
"Kalau mau larang dari awal. Ini udah bertahun-tahun baru dilarang. Bego kan namanya." katanya lanjut
"Iya sih..." saya males berdebat. Galak nih kayaknya si sopir. Tapi galak gaya baek gitu. Ah, bingung kan.

Masuk nih?
Ha, saya kaget. Oh udah deket gerbang kantor rupanya. "Iya pak..." jawab saya.

Setelah segala pemeriksaan ID dan buka bagasi taksi dilalui, taksi meluncur kembali sampai pintu masuk. Saya mencari-cari uang di dompet. Cari yang pas biar gapake lama-lama menanti kembalian.

"Jadi, situ kerja di sini nih?" tanya Pak Taksi, nadanya kayak siap mengkritisi lagi nih. Waduh.

"Ini pak, terima kasih ya." saya langsung buka pintu taksi dan meloncat turun. Sebelum giliran saya kena kritik. Hah. Segen,

Situ Sopan, Saya Segen. Bener deh. Hihi.

 

Monday, January 14, 2013

Percobaan via HP

Saat lagi utak-atik akun d blogspot ini lihat ada pilihan untuk bisa upload via hp. Nah, tertarik deh saya untuk mencobanya. Berhasilkah? Hmmm... Kita lihat saja

Oh ya, katanya pake sisipan foto juga bisa loh. Masa sih. Ya, dites sajalah. Bismillah.

-fe-

Asyiknya di Sekolah

Untuk masa-masa tertentu, ternyata pergi ke sekolah itu asyiiik loooh

 Mari kita bersiap
 Eh, poto-poto dulu sama emaknya si eneng dan si eneng
 sampe di sekolah, nyobain ayunan, si eneng masih leyeh-leyeh ajeh
 akhirnya si eneng ikutan, asyik juga kan
 yun ayun ayun ayun
 udahan ah
 sekarang naik tangga
 eh, eh, eh kakak dah selesai sekolah-kah? wooo bukaaan, tapi lari dari kelas, hehehe
sementara itu emaknya si eneng ternyata cuman asyik wasap-an. hyaaaaah dasar!

Gigi Geraham Zaydan

Tanggal 10 Januari 2013
Baru ngeh kalau gigi Zaydan yang geraham sudah tumbuh 6 butir sodara-sodara :D
yang di bawah, kiri kanan masing2 satu
yang di atas, kiri kanan masing2 dua
tentu saja, karena baru nongol semua baru keliatan ciliiiiiik mentiiiiik banget
tahunya pas dia lagi nangis keraaaaaas sekali. Huaaaaaaa huaaaaaaa huaaaaaaa, gitu kira-kira


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More