Thursday, January 17, 2013

(Tetap) Banjir

Alhamdulillah, sudah tahun 2013. Hiruk pikuk pemilihan kepala daerah sudah lewat. Jokowi (Joko Widodo) dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) sudah terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Kita tentu berharap pejabat baru ini bisa memberikan perubahan positip yang berarti. Membuat sebentuk pembaharuan. Gak salah dong berharap gitu, salah sendiri bikin tagline kampanye Jakarta Baru
:D
Gaya kerjanya sih sudah mulai nampak beda. Jokowi demen blusukan, yang artinya sih semacem turba wal sidak wal keluar masup kampung gitulah. Ceritanya kan lebih merakyat dan lebih sigap gitu. Sementara Ahok lebih banyak main di tataran pertemuan dan meeting, sehingga jadi mirip pengusaha lagi bikin rapat bisnis. Hehe.

Kalau di berita-berita media, Bang Ahok ini sepertinya dah mulai sering gerah, sehingga sering naik darah, lalu ngumel-ngumel wal kadang-kadang misuh-misuh atau malah meletup-letup saat dipojokkan oleh banyak pihak. Ya pengusaha, pemerhati *sosial, jakarta, berita de el el* juga mahasiswa. Maka lengkaplah celetukan orang kalau Bang Ahok beneran mirip pengusaha lagi mempertahankan bisnis di Mangga Dua.

Berbagai rencana sudah mulai dijembrengin oleh Bang Joko dan Bang Ahok ini, dari mulai niatan meng-golkan proyek MRT, bikin perumahan alias rusun bersubsidi dekat stasiun, ngegeber kartu sehat dan kartu pintar dan lain-lain.

Lalu, para penonton yang dulu menggebu-gebu menjunjung, juga wartawan dan pengamat yang mengelu-elukan *kan di kampung betawi, wajar kan di elu-elu in :p* mulai kumat pasang stopwatch seperti yang sudah-sudah kalau ada orang naik jabatan. Mereka diberi target 100 hari untuk membuktikan kalau kerja mereka memang “aduhai”

Maka saya suka kesian liat Jokowi dan Ahok ini, soalnya, apa saja sekarang jadi sorotan, mentang-mentang argo 100 harinya sudah berjalan. Semua tingkah laku, ucapan dan kebijakan segera dikaitkan sama janji-janji kampanye dahulu kala, pleus tentu saja diberi polesan komen dan evaluasi. Hingga, mungkin saking capeknya, Bang Ahok sampai dikabarkan sempat gebrak meja dan bilang, “Kami baru dua bulan, Bung!” wah, jadi mirip orang medan, dia! hehe

Kemudian, jelang 100 hari sudah diambang mata, musim hujan beneran pun tiba. Kenapa saya sebut beneran, karena sejak trisemester akhir 2012 juga sudah mulai ada hujan, tapi masih berwujud sepoi-sepoi saja. kadang hujan deras dikit untuk kemudian berhenti.
Namun di akhir Desember sampai awal Januari, hujan lebat yang bat bat bat mulai sering mengguyur hingga berubah menjadi hujan deraz raz raz yang ditingkahi pula dengan angin kencang sampai pertengah Januari. Frekuensi hujan jadi berubah dari yang tadinya sekedar sore hingga malam menjadi dari tengah malam ke pagi buta menderas, lalu mereda sampai subuh lalu menderas sampai dhuha lalu merintik sampai zuhur lalu menderas sampai ashar lalu… yah, itulah hujan sepanjang hari.

Baru hari ke-90 Mas eh Bang Jokowi, tapi tamu rutin Jakarta sudah datang menghadang. Banjir. Banjir. Dan banjir. Memang sih di beberapa tempat ukurannya masih sebatas *mengutip perkataan mantan Gubernur DKI yang lalu, Bang Foke* air tergenang saja. Tapi di beberapa tempat sudah sampai ke dada *bebek* alias semata kaki.

Lalu hujan tak kunjung berhenti. Angin kencang masih menari-nari. Air pun naik sebetis dan belum berhenti. Di hari ke 92, Jokowi pun berkata; Banjir semalam terlalu banyak. Hyaaaaaa saya pun mengikik tergeli-geli…

Hari ini baru hari ke-94 Jokowi, tetapi beliau sudah membuat Tanggap Darurat Jakarta terhadap banjir. Lalu kembali blusukan menyambangi tempat-tempat banjir dan membagikan bantuan di sana-sini.

Jelas, kepalanya pasti pusing, karena banyak pihak mulai berteriak, bagaimana ini Jokowiiiiiii…. dan saya duga Jokowi pasti merindukan kota Solonya nun jauh di sana, dimana  air mengalir sampai jauuuuuuh

Welcome to Jakarta Jokowi. Selamat bekerja.
Maaf baru sempet kasih selamat ya

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More