Alhamdulillah, sudah tahun 2013. Hiruk pikuk pemilihan kepala daerah
sudah lewat. Jokowi (Joko Widodo) dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama)
sudah terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Kita tentu berharap
pejabat baru ini bisa memberikan perubahan positip yang berarti. Membuat
sebentuk pembaharuan. Gak salah dong berharap gitu, salah sendiri bikin
tagline kampanye Jakarta Baru
Gaya kerjanya sih sudah mulai nampak beda. Jokowi demen blusukan,
yang artinya sih semacem turba wal sidak wal keluar masup kampung
gitulah. Ceritanya kan lebih merakyat dan lebih sigap gitu. Sementara
Ahok lebih banyak main di tataran pertemuan dan meeting, sehingga jadi
mirip pengusaha lagi bikin rapat bisnis. Hehe.
Kalau di berita-berita media, Bang Ahok ini sepertinya dah mulai
sering gerah, sehingga sering naik darah, lalu ngumel-ngumel wal
kadang-kadang misuh-misuh atau malah meletup-letup saat dipojokkan oleh
banyak pihak. Ya pengusaha, pemerhati *sosial, jakarta, berita de el el*
juga mahasiswa. Maka lengkaplah celetukan orang kalau Bang Ahok beneran
mirip pengusaha lagi mempertahankan bisnis di Mangga Dua.
Berbagai rencana sudah mulai dijembrengin oleh Bang Joko dan Bang
Ahok ini, dari mulai niatan meng-golkan proyek MRT, bikin perumahan
alias rusun bersubsidi dekat stasiun, ngegeber kartu sehat dan kartu
pintar dan lain-lain.
Lalu, para penonton yang dulu menggebu-gebu menjunjung, juga wartawan
dan pengamat yang mengelu-elukan *kan di kampung betawi, wajar kan di
elu-elu in :p* mulai kumat pasang stopwatch seperti yang
sudah-sudah kalau ada orang naik jabatan. Mereka diberi target 100 hari
untuk membuktikan kalau kerja mereka memang “aduhai”
Maka saya suka kesian liat Jokowi dan Ahok ini, soalnya, apa saja
sekarang jadi sorotan, mentang-mentang argo 100 harinya sudah berjalan.
Semua tingkah laku, ucapan dan kebijakan segera dikaitkan sama
janji-janji kampanye dahulu kala, pleus tentu saja diberi polesan komen
dan evaluasi. Hingga, mungkin saking capeknya, Bang Ahok sampai
dikabarkan sempat gebrak meja dan bilang, “Kami baru dua bulan, Bung!”
wah, jadi mirip orang medan, dia! hehe
Kemudian, jelang 100 hari sudah diambang mata, musim hujan beneran
pun tiba. Kenapa saya sebut beneran, karena sejak trisemester akhir 2012
juga sudah mulai ada hujan, tapi masih berwujud sepoi-sepoi saja.
kadang hujan deras dikit untuk kemudian berhenti.
Namun di akhir Desember sampai awal Januari, hujan lebat yang bat bat
bat mulai sering mengguyur hingga berubah menjadi hujan deraz raz raz
yang ditingkahi pula dengan angin kencang sampai pertengah Januari.
Frekuensi hujan jadi berubah dari yang tadinya sekedar sore hingga malam
menjadi dari tengah malam ke pagi buta menderas, lalu mereda sampai
subuh lalu menderas sampai dhuha lalu merintik sampai zuhur lalu
menderas sampai ashar lalu… yah, itulah hujan sepanjang hari.
Baru hari ke-90 Mas eh Bang Jokowi, tapi tamu rutin Jakarta sudah
datang menghadang. Banjir. Banjir. Dan banjir. Memang sih di beberapa
tempat ukurannya masih sebatas *mengutip perkataan mantan Gubernur DKI
yang lalu, Bang Foke* air tergenang saja. Tapi di beberapa tempat sudah
sampai ke dada *bebek* alias semata kaki.
Lalu hujan tak kunjung berhenti. Angin kencang masih menari-nari. Air pun naik sebetis dan belum berhenti. Di hari ke 92, Jokowi pun berkata; Banjir semalam terlalu banyak. Hyaaaaaa saya pun mengikik tergeli-geli…
Hari ini baru hari ke-94 Jokowi, tetapi beliau sudah membuat Tanggap
Darurat Jakarta terhadap banjir. Lalu kembali blusukan menyambangi
tempat-tempat banjir dan membagikan bantuan di sana-sini.
Jelas, kepalanya pasti pusing, karena banyak pihak mulai berteriak,
bagaimana ini Jokowiiiiiii…. dan saya duga Jokowi pasti merindukan kota
Solonya nun jauh di sana, dimana air mengalir sampai jauuuuuuh
Welcome to Jakarta Jokowi. Selamat bekerja.
Maaf baru sempet kasih selamat ya
0 comments:
Post a Comment