Heboh Ied 1433 H Agustus 2012

Mama, papa, kakak, abang dan zay, sesaat setelah sholat Idul Fitri dan beberapa saat sebelum boyongan ke Sumedang.

Say Cheezzzzz!

Idul Fitri memang waktu yang sangat menggembirakan. Bahkan si kecil Zay pun bisa mengendus aroma kegembiraan itu dan memberikan senyum terbaiknya. Say cheezzz...

Air Terjun "Curug Orok" Garut Jawa Barat

Papa dan Zay yang masih bayi 3 bulan alias masih pantas disebut orok berpose di depan lintasan air terjun orok. Dingin. Tapi alhamdulillah Zaydan ketawa-ketawa dan pulangnya tidak sakit.

Satu...Dua...Tiga....

Memanfaatkan masa rihlah bersama sahabat-sahabat, papa, mama, kakak, abang dan zay menikmati segarnya udara di air terjun curug orok, Garut. Alhamdulillah.

Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC

Bersama rekan-rekan wartawan saat melakukan kunjungan "foreign press tour" ke USA, sempat mampir ke Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC.

Thursday, May 30, 2013

Perempuan - Emosi dan Uang

Malam sudah larut, tapi Buku Money, A Memoar itu masih memanggil-manggil untuk dibaca. Sebenarnya buku ini sudah lamaaaaaa banget dibeli dan sependek ingatan saya sudah pernah dibaca. tetapi sudah lupa lagi, kecuali sebagian kecilnya saja. mungkin waktu itu sedang speed reading alias baca cepet-cepet atau kurang konsentrasi atau memang, yah...lupa saja

Nah karena lagi sibuk bikin hitung-hitungan keuangan beberapa hari sebelumnya, ketika kemudian sedang beberes rak buku melihat buku ini, langsung saja tertarik untuk membacanya lagi. Kemudian, sebagaimana biasanya saya kalau sudah muncul 'minat baca' susah untuk menghentikan buku yang sudah dipegang dan mulai dijelajahi dari halaman awal.

Oke, back to story, sejak pagi sudah asyik membaca buku yang dikarang sama Mbak Liz Perle ini. senyum-senyum juga baca awalan kisahnya yang tertera di halaman-halaman awal, dan kemudian jadi tambah semangat membaca. sebab, buku yang sebenarnya serius dan 'berat' karena memaparkan soal 'perempuan, emosi dan uang' dalam lingkaran yang penuh onak dan duri *doh, bahasanya* bisa tampil begitu segar karena dibawakan dalam bahasa tutur ringan pleus contoh-contoh kisah nyata yang menarik. wajar bila buku ini juga disebut sebagai "memoar"
Karena seharian harus berbagi waktu dengan mengurusi bobocah, tutugas kantor dan beragam urusan yang penting dan gakpenting tapi harus lainnya maka baru jam 22.30 malam ada kesempatan bisa leyeh-leyeh di kasur tanpa gangguan. mata sih sudah mengantuk. tetapi karena tanggung sudah separuh jalan, si buku yang diterjemahkan sebagai 'Perempuan, Emosi dan Uang' itu dibuka lagi dan kembali dibaca. Wah semakin menarik. Dalam soal uang atau keuangan perempuan rupanya memang sangat emosional. Mungkin itu juga sebabnya, saya kalau sedang tak punya uang merasa menjadi lebih mellow dan hampa *hyaaaa.... hahaha*

Ternyata di malam yang sudah larut itu pun namanya 'gangguan' masih saja datang. yaitu ketika tiba-tiba hp berbunyi dan sebentuk pesan masuk. pesan whatsapp. dari si tetangga, alias @umindud alias adek saya yang punya penyakit sama; suka tidur terlalu larut. ternyata si tetangga ini punya gosip menarik. sehingga satu dua pesan baris whatsapp tak cukup untuk menghentikan kesibukan kami pencet-pencet keyboard hp.

Akibatnya, si buku tetap dibaca sambil disambi chatting yang semakin lama semakin seru dan sesekali juga haru. Dan akhirnya saya menamatkan bacaan si buku ini pada sekitar jam setengah 2 pagi. Dan bersamaan dengan itu, juga berhasil menamatkan chatting nan seru dan sesekali haru bersama si tetangga.
Luar biasa. dua kesibukan yang dilakukan secara serius *beneran loh, chatting saya dengan @umindud ini alangkah seriusnya membahas berbagai persoalan secara tajam, detil dan penuh pemikiran meski mungkin akan dianggap gak penting oleh orang lain, hihihi* bisa berlangsung dalam satu waktu.
Dan kali ini saya tetap bisa menyarikan isi si buku. misalnya soal;

#jangan biarkan uangmu diam *sehingga saya mulai menyodok uang dua rebuan dengan sapu lidi dan si @umindud bertekad akan memancing recehnya menggunakan bulu ayam yang diikat benang*

#tak usah beli oven double yang hanya akan dipakai satu *bahkan saya tak beli karena si tetangga punya*

#jika kau ingin turun berat badan, berolahragalah lebih banyak dan makanlah lebih sedikit *jangan menduga ini buku soal diet*

#ji kau kau menginginkan keterjaminan finansial, menabunglah lebih banyak dan belanjalah lebih sedikit *nah ini lanjutan poin sebelumnya, tentu saja*

#sisihkan uang untuk masa pensiun, meski itu berarti mengabaikan wastafel dekil dan retak di kamar mandi *@umindud kegirangan, sebab wastafelnya dekil sehingga dia membuat analisa ilmiah bahwa dia sudah dekat pada situasi "keterjaminan sosial" BRAVO!*

and last but not least

#kebahagiaan adalah menginginkan apa yang kau miliki, bukan memiliki apa yang kau inginkan

Demikianlah, karena waktu itu sudah amat larut. saya dan @umindud pun meyakini kami menginginkan tidur dan kami lakukan di kasur kami yang empuk dan nyaman dan kami, alhamdulillah, merasa bahagia.

Sekian

Wednesday, May 08, 2013

Editing Bagi Pemula

untuk menghasilkan naskah yang baik dan layak tampil di media, maka editing naskah menjadi salah satu ketrampilan yang mesti dilatih untuk dikuasai. Berikut adalah standar utama mengedit naskah yang kita miliki sebelum mengirimkannya pada media massa  

Standar Editing Naskah

Otak Yang Mengatur Segalanya

Mini ensiklopedia buat anak, silakan disimak...

Otak yang Mengatur Segalanya

Thursday, May 02, 2013

Serahkan Pada Ahlinya

Makan apa yang paling enak?
Makan ketika lapar dan dibayarin orang alias gratis.

Ya, ya, ya, memang perkara makan gratis tu sedep banget, apalagi kalau sedang lapar dan apalagi kalau rasa makanannya bener-bener nampol. Bakalan dapat dua jempol deh.

Malam kemarin ini saya sudah mendekati si dua jempol. Perut lapar eh ada tawaran makan gratis, di bakso lapangan tembak pula. Huuuu, sapa pula sanggup menolak.

Maka meluncurlah saya dan si kawan baik hati ini ke bakso lapangan tembak yang kalau siang kita bisa sayup-sayup beneran mendengar tar-ter-tor suara tembakan *asli, di kuping saya bunyinya sama sekali bukan dar-der-dor apalagi bang-bang*

Setelah larak-lirik dan selidik menu, pilihan saya jatuh pada menu standar; baso campur. Boleh dikata setiap kali mampir ke bakso lapangan tembak, pilihan saya ya hampir selalu ini saja. Enaknya sudah teruji dan sesuai dengan nama si resto, maka saya pilih bakso, bukan kwetiaw atau ayam rada hitam eh lada hitam

Kemudian minuman. Saya pilih teh tarik panas. Sebab saya pecinta teh dan turunan-turunannya, utamanya si tarik ini. Saya teringat betapa pernah beberapa kali minum teh tarik di Ah Mei Cafe dan puas banget. Rasanya pas, nasgitel alias panas, legit dan kentel. Sip lah.

Lalu semua pesanan datang. Saya makan dengan lahap. Teman baik hati juga. Di tengah prosesi makan saya sruput si teh tarik dan otomatis mengernyit. Ah, kok rasa melati. Saya pun jadi rada ilfil.

Saya makan lagi si bakso dengan lahap dan selesainya menyeruput lagi si teh tarik dengan tak lupa membuat gerakan mengaduk-aduk dulu dengan harapan akan bertemu rasa yang lebih 'narik'. Tapi saya kecewa. Si teh tetap berasa teh melati diberi susu. Kurang legit, kurang kental dan kurang tarikan, pastinya. Yang pas cuma satu. Panasnya. Hhhh....

Tetapi saya tidak komplen. Sungguh. Sebab itu salah saya sendiri, milih teh tarik di resto yang spesialisasinya bakso. Dan menyeruput teh dengan harapan mendapat rasa teh tarik yang dibuat oleh resto yang  jago bikin teh tarik. Rupanya saya salah, karena mencampuradukkan kenangan dengan harapan *halah, ungkapan apa pula ini*

Saya lantas saja teringat, pernah minum es teler di Es Teller 77 dan girang karena berasa sedap. Suatu ketika pesan mie ayam dan kecewa. Sebab, rasanya lebih enak mie ayam rahayu dekat rumah atau mie ayam Dedi, masih lumayan dekat rumah juga, kesono sedikit, sebelum pool Bluebird.

Bahkan si Ah Mei Cafe yang saya puji teh tariknya, saya juga puas dengan nopianya *kita disini biasa nyebut itu penganan sebagai lumpia* tetapi begitu pesan sejenis laksa *namanya lupa* saya langsung kapok. Sebab rasanya: Bwah!

Hal lain, saya juga doyan donat JCo, apalagi yang rasa greentea. Wow, yummy! Sehingga tiap beli JCo si greentea pasti masuk list. Kopinya, saya kurang suka. Apa karena waktu itu pilih kopi 'biasa' aja?

Lalu kira-kira bulan lalu saya sempat ditraktir di Starbuck Coffee. Saya pesan white coffe dan rasanya mantap. Sedaaap. Tapi donatnya? Ampuuun.

Jadi kesimpulannya, serahkan sesuatu pada ahlinya. Dan jangan keki kalau rasa masakan yang bukan 'pegangan' si resto tak sesuai harapan. Tetapi tentu saja saya juga harus beri peringatan tegas, lugas, bernas, bahwa ini kan masalah selera ya. Jadi jangan coba-coba salahkan saya *galak* kalau selera kita tidak sama. Sebab jangan-jangan ada yang malah doyan dengan apa-apa rasa yang saya sebut kurang sreg dan kurang sip ini. Nah, kalau itu terjadi berarti kita harus bersepakat pada ketidaksepakatan rasa.

Demikianlah. Salam damai aneka rasa.

PS; Untuk teman baik hati, terima kasih ya, lain kali saya tetap bersedia kok ditraktir, jangan khawatir, pesanan saya pastilah beda.

Dan bagaimanapun juga, Alhamdulillah ya Allah atas semua rezeki yang Engkau berikan.*seraya sendawa kenyang pasca minum teh susu melati*


-fe- 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More