Thursday, May 30, 2013

Perempuan - Emosi dan Uang

Malam sudah larut, tapi Buku Money, A Memoar itu masih memanggil-manggil untuk dibaca. Sebenarnya buku ini sudah lamaaaaaa banget dibeli dan sependek ingatan saya sudah pernah dibaca. tetapi sudah lupa lagi, kecuali sebagian kecilnya saja. mungkin waktu itu sedang speed reading alias baca cepet-cepet atau kurang konsentrasi atau memang, yah...lupa saja

Nah karena lagi sibuk bikin hitung-hitungan keuangan beberapa hari sebelumnya, ketika kemudian sedang beberes rak buku melihat buku ini, langsung saja tertarik untuk membacanya lagi. Kemudian, sebagaimana biasanya saya kalau sudah muncul 'minat baca' susah untuk menghentikan buku yang sudah dipegang dan mulai dijelajahi dari halaman awal.

Oke, back to story, sejak pagi sudah asyik membaca buku yang dikarang sama Mbak Liz Perle ini. senyum-senyum juga baca awalan kisahnya yang tertera di halaman-halaman awal, dan kemudian jadi tambah semangat membaca. sebab, buku yang sebenarnya serius dan 'berat' karena memaparkan soal 'perempuan, emosi dan uang' dalam lingkaran yang penuh onak dan duri *doh, bahasanya* bisa tampil begitu segar karena dibawakan dalam bahasa tutur ringan pleus contoh-contoh kisah nyata yang menarik. wajar bila buku ini juga disebut sebagai "memoar"
Karena seharian harus berbagi waktu dengan mengurusi bobocah, tutugas kantor dan beragam urusan yang penting dan gakpenting tapi harus lainnya maka baru jam 22.30 malam ada kesempatan bisa leyeh-leyeh di kasur tanpa gangguan. mata sih sudah mengantuk. tetapi karena tanggung sudah separuh jalan, si buku yang diterjemahkan sebagai 'Perempuan, Emosi dan Uang' itu dibuka lagi dan kembali dibaca. Wah semakin menarik. Dalam soal uang atau keuangan perempuan rupanya memang sangat emosional. Mungkin itu juga sebabnya, saya kalau sedang tak punya uang merasa menjadi lebih mellow dan hampa *hyaaaa.... hahaha*

Ternyata di malam yang sudah larut itu pun namanya 'gangguan' masih saja datang. yaitu ketika tiba-tiba hp berbunyi dan sebentuk pesan masuk. pesan whatsapp. dari si tetangga, alias @umindud alias adek saya yang punya penyakit sama; suka tidur terlalu larut. ternyata si tetangga ini punya gosip menarik. sehingga satu dua pesan baris whatsapp tak cukup untuk menghentikan kesibukan kami pencet-pencet keyboard hp.

Akibatnya, si buku tetap dibaca sambil disambi chatting yang semakin lama semakin seru dan sesekali juga haru. Dan akhirnya saya menamatkan bacaan si buku ini pada sekitar jam setengah 2 pagi. Dan bersamaan dengan itu, juga berhasil menamatkan chatting nan seru dan sesekali haru bersama si tetangga.
Luar biasa. dua kesibukan yang dilakukan secara serius *beneran loh, chatting saya dengan @umindud ini alangkah seriusnya membahas berbagai persoalan secara tajam, detil dan penuh pemikiran meski mungkin akan dianggap gak penting oleh orang lain, hihihi* bisa berlangsung dalam satu waktu.
Dan kali ini saya tetap bisa menyarikan isi si buku. misalnya soal;

#jangan biarkan uangmu diam *sehingga saya mulai menyodok uang dua rebuan dengan sapu lidi dan si @umindud bertekad akan memancing recehnya menggunakan bulu ayam yang diikat benang*

#tak usah beli oven double yang hanya akan dipakai satu *bahkan saya tak beli karena si tetangga punya*

#jika kau ingin turun berat badan, berolahragalah lebih banyak dan makanlah lebih sedikit *jangan menduga ini buku soal diet*

#ji kau kau menginginkan keterjaminan finansial, menabunglah lebih banyak dan belanjalah lebih sedikit *nah ini lanjutan poin sebelumnya, tentu saja*

#sisihkan uang untuk masa pensiun, meski itu berarti mengabaikan wastafel dekil dan retak di kamar mandi *@umindud kegirangan, sebab wastafelnya dekil sehingga dia membuat analisa ilmiah bahwa dia sudah dekat pada situasi "keterjaminan sosial" BRAVO!*

and last but not least

#kebahagiaan adalah menginginkan apa yang kau miliki, bukan memiliki apa yang kau inginkan

Demikianlah, karena waktu itu sudah amat larut. saya dan @umindud pun meyakini kami menginginkan tidur dan kami lakukan di kasur kami yang empuk dan nyaman dan kami, alhamdulillah, merasa bahagia.

Sekian

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More