Makan apa yang paling enak?
Makan ketika lapar dan dibayarin orang alias gratis.
Ya, ya, ya, memang perkara makan gratis tu sedep banget, apalagi kalau sedang lapar dan apalagi kalau rasa makanannya bener-bener nampol. Bakalan dapat dua jempol deh.
Malam kemarin ini saya sudah mendekati si dua jempol. Perut lapar eh ada tawaran makan gratis, di bakso lapangan tembak pula. Huuuu, sapa pula sanggup menolak.
Maka meluncurlah saya dan si kawan baik hati ini ke bakso lapangan tembak yang kalau siang kita bisa sayup-sayup beneran mendengar tar-ter-tor suara tembakan *asli, di kuping saya bunyinya sama sekali bukan dar-der-dor apalagi bang-bang*
Setelah larak-lirik dan selidik menu, pilihan saya jatuh pada menu standar; baso campur. Boleh dikata setiap kali mampir ke bakso lapangan tembak, pilihan saya ya hampir selalu ini saja. Enaknya sudah teruji dan sesuai dengan nama si resto, maka saya pilih bakso, bukan kwetiaw atau ayam rada hitam eh lada hitam
Kemudian minuman. Saya pilih teh tarik panas. Sebab saya pecinta teh dan turunan-turunannya, utamanya si tarik ini. Saya teringat betapa pernah beberapa kali minum teh tarik di Ah Mei Cafe dan puas banget. Rasanya pas, nasgitel alias panas, legit dan kentel. Sip lah.
Lalu semua pesanan datang. Saya makan dengan lahap. Teman baik hati juga. Di tengah prosesi makan saya sruput si teh tarik dan otomatis mengernyit. Ah, kok rasa melati. Saya pun jadi rada ilfil.
Saya makan lagi si bakso dengan lahap dan selesainya menyeruput lagi si teh tarik dengan tak lupa membuat gerakan mengaduk-aduk dulu dengan harapan akan bertemu rasa yang lebih 'narik'. Tapi saya kecewa. Si teh tetap berasa teh melati diberi susu. Kurang legit, kurang kental dan kurang tarikan, pastinya. Yang pas cuma satu. Panasnya. Hhhh....
Tetapi saya tidak komplen. Sungguh. Sebab itu salah saya sendiri, milih teh tarik di resto yang spesialisasinya bakso. Dan menyeruput teh dengan harapan mendapat rasa teh tarik yang dibuat oleh resto yang jago bikin teh tarik. Rupanya saya salah, karena mencampuradukkan kenangan dengan harapan *halah, ungkapan apa pula ini*
Saya lantas saja teringat, pernah minum es teler di Es Teller 77 dan girang karena berasa sedap. Suatu ketika pesan mie ayam dan kecewa. Sebab, rasanya lebih enak mie ayam rahayu dekat rumah atau mie ayam Dedi, masih lumayan dekat rumah juga, kesono sedikit, sebelum pool Bluebird.
Bahkan si Ah Mei Cafe yang saya puji teh tariknya, saya juga puas dengan nopianya *kita disini biasa nyebut itu penganan sebagai lumpia* tetapi begitu pesan sejenis laksa *namanya lupa* saya langsung kapok. Sebab rasanya: Bwah!
Hal lain, saya juga doyan donat JCo, apalagi yang rasa greentea. Wow, yummy! Sehingga tiap beli JCo si greentea pasti masuk list. Kopinya, saya kurang suka. Apa karena waktu itu pilih kopi 'biasa' aja?
Lalu kira-kira bulan lalu saya sempat ditraktir di Starbuck Coffee. Saya pesan white coffe dan rasanya mantap. Sedaaap. Tapi donatnya? Ampuuun.
Jadi kesimpulannya, serahkan sesuatu pada ahlinya. Dan jangan keki kalau rasa masakan yang bukan 'pegangan' si resto tak sesuai harapan. Tetapi tentu saja saya juga harus beri peringatan tegas, lugas, bernas, bahwa ini kan masalah selera ya. Jadi jangan coba-coba salahkan saya *galak* kalau selera kita tidak sama. Sebab jangan-jangan ada yang malah doyan dengan apa-apa rasa yang saya sebut kurang sreg dan kurang sip ini. Nah, kalau itu terjadi berarti kita harus bersepakat pada ketidaksepakatan rasa.
Demikianlah. Salam damai aneka rasa.
PS; Untuk teman baik hati, terima kasih ya, lain kali saya tetap bersedia kok ditraktir, jangan khawatir, pesanan saya pastilah beda.
Dan bagaimanapun juga, Alhamdulillah ya Allah atas semua rezeki yang Engkau berikan.*seraya sendawa kenyang pasca minum teh susu melati*
-fe-
2 comments:
hih..!! nulis doang! bawain pulang!!
dah lambaaaaat #upin style
Post a Comment