Well kemarin ini kan sempat menuliskan kalau di acara yang cukup khidmat itu ada seorang anak meraung-raung minta sedotan bengkok. Eh, ternyata adik saya, si @mindud sampai nyolek di jagad maya, menanyakan siapa gerangan si pembuat keonaran itu. Rupanya dia lupa, atau malah gak tau?
Wah ketahuan deh, waktu acara akad nikah kakak tersayangnya ini itu anak lagi ngelencer ke meja hidangan kayaknya tuh :D
Jadi, waktu saya menikah di tahun 1996, 17 tahun lalu itu, saya sudah punya keponakan segambreng alias 8 butir. Keponakan tertua , @tatahulpih, usianya baru 9 tahun. Aha, kebayang dong betapa printilnya usia ponakan-ponakan saya yang lainnyah
Bukan cuma banyak *sekarang, per 2013 ini keponakan saya sudah menjadi 18 biji!* mereka juga berbeda-beda gaya. Ada yang banyak omong, ada yang *seolah-olah* pendiam, ada yang tukang makan, ada yang susah makan, ada yang pehobi susu, ada yang anti susu, ada bicaranya jelas lugas, ada yang ribed blipet gak jelas, ada yang kalau minta sesuatu merepet, ada yang gugulingan dan sebagenya...
Nah, salah seorang diantaranya, yaitu anak dari kakak tertua, termasuk yang doyan makan dan bicara rada blipet dan kalau minta sesuatu gugulingan.
Dia ini usianya waktu itu kalau gasalah 5tahun-an. Dan selepas minum susu botol, emaknya membiasakan dia minum pakai sedotan. Dia suka. Supaya lebih rapi emaknya kerap memberikan sedotan bengkok *itulah sedotan yang ada ulirnya* dia pun suka. Bahkan terbiasa. Dan rupanya, si emak ini menyediakan berlosin-losin sedotan bengkok di rumah sehingga kapanpun anaknya mau minum, entah susu wal teh manis, si emak tinggal sambar itu sedotan bengkok.
Tapi.... ya ampuuuuun... ndilalah di acara super duper penting semacam pernikahan adik tercintanya, yaitu saya, si kakak tertua ini kok ya malah lupa bawa itu sajen keramat alias si sedotan bengkok. Walhasil, eng ing eng....
Saat akad nikah mulai berlangsung khidmat, si keponakan saya mulai merengek minta minum *sepertinya susu* ke ibunya. pleus sedotan bengkoknya juga tentu.
Ibunya cuma menyabar-nyabarkan. Ssst... stttt... bentar yaaa... gitu kira2 kakak saya membujuknya. Saya cuma lihat dari kejauhan kira2 3 meter deh jaraknya.
Acara terus berlangsung.
Si ponakan terus merengeng. Mi... mi... sedotan bengkok... sedotan bengkok....
Sssst.... ssst bentar yaaa
Acara masih berlangsung. Saya sendiri bisa melihat adegan "sedotan bengkok" ini karena waktu itu pernikahan kami pakai sistem pisah tamu undangan. Laki di depan, perempuan di dalam. Saya sebage penganten perempuan juga ikut "ngumpet" di dalam, di wilayah para tamu pleus keluarga perempuan.
Jadi, sementara *waktu itu calon* suami sedang khusyuk dan khidmat melantunkan ijab kabul, saya masih bisa menyaksikan adegan ponakan minta sedotan bengkok sambil numpak punggung emaknya.
MAU SEDOTAN BENGKOOOOOOK... sedotan bengkok... sedotan bengkoooooook
ya ampooooon, akhirnya karena kesal si emak gak juga memberikan yang dia mau... tu ponakan akhirnya berkeras suara dan mulai merengek, menangis, meraung
Sontak beberapa kerabat terkejut, ibu saya melotot, saya nyengir, dan kakak tertua saya jadi misuh-misuh. Seingat saya, dia langsung sigap menggotong anaknya menjauh keluar ruangan. Entah kemana. Yang jelas akhirnya si anak yang merauang tidak lagi jadi bahan kekisruhan, karena ternyata akad pun usai. Saya pun resmi jadi isteri orang. Dengan senyum lebar plus cengar cengir. Bahagia? iya. Tapi juga karena lucu. Gimana nggak, itu momen tak terlupakan deh dalam hidup saya. Lagi khusyuk khidmat kok ya digusrah anak yang jejeritan minta sedotan bengkok.
Hahaha.
0 comments:
Post a Comment