Heboh Ied 1433 H Agustus 2012

Mama, papa, kakak, abang dan zay, sesaat setelah sholat Idul Fitri dan beberapa saat sebelum boyongan ke Sumedang.

Say Cheezzzzz!

Idul Fitri memang waktu yang sangat menggembirakan. Bahkan si kecil Zay pun bisa mengendus aroma kegembiraan itu dan memberikan senyum terbaiknya. Say cheezzz...

Air Terjun "Curug Orok" Garut Jawa Barat

Papa dan Zay yang masih bayi 3 bulan alias masih pantas disebut orok berpose di depan lintasan air terjun orok. Dingin. Tapi alhamdulillah Zaydan ketawa-ketawa dan pulangnya tidak sakit.

Satu...Dua...Tiga....

Memanfaatkan masa rihlah bersama sahabat-sahabat, papa, mama, kakak, abang dan zay menikmati segarnya udara di air terjun curug orok, Garut. Alhamdulillah.

Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC

Bersama rekan-rekan wartawan saat melakukan kunjungan "foreign press tour" ke USA, sempat mampir ke Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC.

Thursday, October 31, 2013

Mak "Pemalas" Sajikan Sukam

Akhir-akhir ini di rumah lagi "diteror" oleh pedagang sukam alias susu kambing. Ya, si @mindud sekarang jualan susu kambing yang menurut kabar lebih bagus dari susu sapi karena punya beberapa kelebihan, seperti misalnya, lebih mudah dicerna oleh tubuh manusia dan memiliki kandungan vitamin dan mineral lebih lengkap. gitu deh. 

Nah, karena kegigihan si @mindud dan juga karena saya brosing-brosing eh ternyata oh ternyata sukam ini memang kaya manfaat, saya pun tertarik mencoba beli. Mula-mula saya beli yang rasa kopi ginseng, secara saya ini pecinta kopi. Ngebayanginnya aja hmmmm bakalan asyik nih sukam rasa kopi ginseng. pastinya mantaaaafff...

tetapi sehari dua hari sampe seminggu bahkan sepuluh hari tu sukam rasa kopi ginseng yang sebenarnya menggiurkan itu masih tersimpan rapi dan rapat dalam kotaknya alias beloman dibuka. Alasannya: malas

Ish ish ish, tapi memang sih, sejak rutin beli dan minum susu UHT *tepatnya sejak dua tahun setengah lalu, seiring usia minum UHT si Zaydan* kami di rumah sudah terlena dengan keasyikan minum susu tinggal tusuk dan sedot. Enak pula.

Maka, si emak yang malas ini segera tanya pada @mindud apakah dia punya sukam siap minum. ternyata ada meski langka. itu adalah raw sukam yang merupakan sukam segar botolan. Musti ditaruh di friser dan kalau mau minum musti dipanaskan dengan merendam sang botol dalam air panas.

Weh weh weh, jadi mirip si Zaydan dulu kalau mau minum ASI saat emaknya ngantor dong. Minum ASI botolan yang dah disimpan di friser. Sementara sekarang maknya minum ASIK alias air susu ibu kambing. huehehehe

Diminumlah itu si raw sukam, tetapi meskipun saya tidak sedemikian menolak rasanya *karena saya suka minum susu sapi segar* tetap rasanya kurang okeh untuk dijadikan minuman ruitin harian.

So saya kembali tertarik pada si sukam bubuk lagi. Dan akhirnya mencicipi itu si sukam bubuk rasa kopi ginseng. Ternyata enak dan sayapun sudah siap dengan konsekuensinya karena diberi tahu jaoh-jaoh ari sama si @mindud bahwa sukam itu tidak sepekat susu sapi. jadi jangan kaget kalau anda minum sukam terkesan cair.

Tetapi setelah bikin pertama kali, tu sukam nggak diminum lagi. Soalnya, gitu deh, males bikinnya. Ish ish ish..... kok bisa males, sebab, pengalaman di rumah, supaya rasa minum sukamnya lebih mantap dan "nendang" tu sukam sebaiknya diblender dengan penambahan sedikit es batu macam bikin minuman pop ice atau diblender dan disimpan di kulkas

Jadilah saya macet lagi minum sukam, hingga beberapa hari kemudian @mindud nawar2in lagi sukam dengan rasa berbeda.

"Ayo, sekarang cobain lagi rasa yang lain. Strawberry, coklat, plain..." bujuknya

"Yang kopi aja masih ada."

"Kenapa gak diabisin? Ish, itu kan cuma buat 10 gelas, mestinya abis dua tiga hari."

"Males bikinnya. Kemarin nyobain pake diblender enak, tapi sekarang ngeblender susu sebelum minum rasanya males."

"Kenapa gak bikin sekalian aja sebungkus, dijadiin seliter atau dua liter trus simpen di kulkas. Kalau mau minum tinggal glek. Repot bikinnya kan jadi sekali doang, dua hari sekali."

Eh, eh, bener juga ya ide si @mindud. Layak dicoba tuh. Secara anak-anak dan si abah juga maunya minum susu tinggal sruput, kalau disuruh nunggu atau bikin blenderan pasti ogah, nah kalau dah sedia di kulkas tentu pada senang.

Maka, setelah obrolan itu, saya pun mempraktekkan pembuatan sukam versi literan. Hari pertama bikin sukam sesuai petunjuk di kotaknya, karena 200 cc air ditambah 20 gram susu, maka sekotak susu alias 200gr susu saya campur 2liter air dengan perbandingan 1 liter panas, 1 liter dingin. Semua diblender. 

Berhubung blender saya cuma berkapasitas kira2 1 liter saja maka saya membuat blenderan susu ini dua kali. Seliter pertama saya blender tanpa tambahan gula *buat saya dan zaydan* dan blenderan kedua saya beri tambahan gula *buat bapake dan anak2 yang dah pada gede-gede*

Setelah diblend, si susu ini segera disimpan dalam botol dan dimasukkan kulkas. Yang diberi tambahan gula dimasukkan botol ukuran seliter. yang non gula dimasukkan dalam dua botol 500 ml, dengan niatan, kalau mau ke kantor tinggal gotong, masukin tas. Hmmm....

Beberapa waktu kemudian, setelah dingin, susu ini siap untuk diminum. Tinggal tuang ke gelas dan srupuuuut. Nyam..... sedaaaaap

Begitulah, sesi kemalasan berhasil diatasi dengan cara bikin susu sekardus sekali bikin. tetapi masalah saya ternyata belum berakhir.

Dengan tersedianya susu di dalam kulkas dalam kondisi siap minum, ternyata ada peminum susu skala aktif yang beroperasi. Sehingga, susu yang semestinya habis diminum dua hari untuk berlima ini nyatanya seringkali hilang dalam semalam, dan hanya meliputi 3 tersangka utama. Saya, suami dan Zaydan. Akibatnya, susu cepat habis dan musti beli lagi. 

Kalau si tetangga yang jualan ni susu tahu, dia pasti bersorak gembira, karena dagangannya bisa laris. tapi sayang kecepatan habis si susu tidak berbanding lurus dengan kecepatan pengisian kantong. Sehingga saya harus mensiasati agar tidak terjadi jebolnya APBRT sebagaimana jebolnya APBN negara kita gegara subsidi BBM *ehm*

Maka, sukam harus diselingi dengan supi *susu sapi* atau saya harus berubah menjadi ibu rajin. yang membuat susu segelas-segelas saja agar konsumsi minuman segar asyik ini menjadi lebih terkendali hitungannya.

Deuh, kayak ngebahas apa aja ya... cuma urusan minum susu doang. Hahahahaha












Wednesday, October 30, 2013

Improvisasi Ala Zaydan

Dua tahun. Apa sih yang berubah dari diri kita dalam dua tahun. Sepertinya tidak terlalu banyak. Sedikit kelebihan tentu ada. Seperti misalnya kelebihan berat badan *oops* tapi soal lain-lain agaknya tidak banyak. Ada tetapi cenderung nampak biasa, tidak tergolong "wow" atau "menakjubkan"  

Lain ceritanya dengan Zaydan. Dalam waktu dua tahun banyak hal membuat saya terpana, ternganga dan terpesona. Dari orok imut takbisa apa-apa lalu bisa apa-apa. Dari hanya minum ASI lalu doyan segala rupa *itu artinya termasuk rendang, ikan asam padeh dan ais krim*. Dari seolah tak berdaya eh rasanya tahu-tahu lancar lari, lancar bicara. 

Pagi kemarin dia kembali membuat kejutan.

Waktu itu sekitar jam 8. Abang Kiki *yang tak sekolah* masih tidur. Saya, Sipapa dan Zaydan ada di ruang depan. Mau sarapan bubur ayam hasil mbeli di depan sana.

"Zay, coba bangunin Abang Kiki, bilang dipanggil Mama,"

Saya menyuruh Zaydan sebenarnya sambil ngetes aja, dia bisa gak si disuruh bangunin Abangnya. Kira-kira macam apa. Belum kebayang juga kalau dia bisa menyampaikan pesan soal "dipanggil mama". Saya masih menduga dengan kalimat perintah majemuk *taelah* yaitu 1) bangunin abang lalu 2) menyampaikan ke abang bahwa 3) mama memanggil abang setidaknya dia sampai pada masuk kamar abang dan menggusrahnya.

Ternyata

"Abaaaaaam... banuuuuuuung. Dipanggimamaaaa abaaaaam. Cepaaaaat."

Haaa? Subhanallah. Ternyata dia bisa lho. ya ampuuun. Jelas dan lugas. Abang, bangun! Dipanggil mama. Dan ada tambahan pula, cepaaaaat. huaaaa. kereeeeen. kereeeeeen. Saya dan suami ketawa senang. tapi lalu segera,

"Abaaaaaaam, banuuuung.damagiiip, soaaaaaat."

Eeeeeit, woooooo, malah improvisasi segala. Nyuruh bangun. Udah magrib. Sholaaaat.

Huehehehe. Saya dan suami jadi terkekeh-kekeh.

Itulah anak balita. yang jiwanya merekam segala. rupanya itu yang  biasa didengarnya. Gusrahan membangunkan abangnya untuk sholat. kadang abang Kiki memang perlu digusrah, untuk sholat subuh. Juga digusrah ke masjid untuk sholat magrib.

Dan itulah improvisasinya. Abaaaam, banuuung. Dah magriiib. Sholaaat..

Good Zaydan. Semoga menjadi anak sholeh yang muttaqin. Aamiiin

Thursday, October 24, 2013

Sweet Seventeen Suit Suiiit Part II

Well kemarin ini kan sempat menuliskan kalau di acara yang cukup khidmat itu ada seorang anak meraung-raung minta sedotan bengkok. Eh, ternyata adik saya, si @mindud sampai nyolek di jagad maya, menanyakan siapa gerangan si pembuat keonaran itu. Rupanya dia lupa, atau malah gak tau? 


Wah ketahuan deh, waktu acara akad nikah kakak tersayangnya ini itu anak lagi ngelencer ke meja hidangan kayaknya tuh :D

Jadi, waktu saya menikah di tahun 1996, 17 tahun lalu itu, saya sudah punya keponakan segambreng alias 8 butir. Keponakan tertua , @tatahulpih, usianya baru 9 tahun. Aha, kebayang dong betapa printilnya usia ponakan-ponakan saya yang lainnyah

Bukan cuma banyak *sekarang, per 2013 ini keponakan saya sudah menjadi 18 biji!* mereka juga berbeda-beda gaya. Ada yang banyak omong, ada yang *seolah-olah* pendiam, ada yang tukang makan, ada yang susah makan, ada yang pehobi susu, ada yang anti susu, ada bicaranya jelas lugas, ada yang ribed blipet gak jelas, ada yang kalau minta sesuatu merepet, ada yang gugulingan dan sebagenya...

Nah, salah seorang diantaranya, yaitu anak dari kakak tertua, termasuk yang doyan makan dan bicara rada blipet dan kalau minta sesuatu gugulingan.

Dia ini usianya waktu itu kalau gasalah 5tahun-an. Dan selepas minum susu botol, emaknya membiasakan dia minum pakai sedotan. Dia suka. Supaya lebih rapi emaknya kerap memberikan sedotan bengkok *itulah sedotan yang ada ulirnya* dia pun suka. Bahkan terbiasa. Dan rupanya, si emak ini menyediakan berlosin-losin sedotan bengkok di rumah  sehingga kapanpun anaknya mau minum, entah susu wal teh manis, si emak tinggal sambar itu sedotan bengkok.

Tapi.... ya ampuuuuun... ndilalah di acara super duper penting semacam pernikahan adik tercintanya, yaitu saya, si kakak tertua ini kok ya malah lupa bawa itu sajen keramat alias si sedotan bengkok. Walhasil, eng ing eng....

Saat akad nikah mulai berlangsung khidmat, si keponakan saya mulai merengek minta minum *sepertinya susu* ke ibunya. pleus sedotan bengkoknya juga tentu.

Ibunya cuma menyabar-nyabarkan. Ssst... stttt... bentar yaaa... gitu kira2 kakak saya membujuknya. Saya cuma lihat dari kejauhan kira2 3 meter deh jaraknya.

Acara terus berlangsung.

Si ponakan terus merengeng. Mi... mi... sedotan bengkok... sedotan bengkok....

Sssst.... ssst bentar yaaa

Acara masih berlangsung. Saya sendiri bisa melihat adegan "sedotan bengkok" ini karena waktu itu pernikahan kami pakai sistem pisah tamu undangan. Laki di depan, perempuan di dalam. Saya sebage penganten perempuan juga ikut "ngumpet" di dalam, di wilayah para tamu pleus keluarga perempuan.

Jadi, sementara *waktu itu calon* suami sedang khusyuk dan khidmat melantunkan ijab kabul, saya masih bisa menyaksikan adegan ponakan minta sedotan bengkok sambil numpak punggung emaknya.

MAU SEDOTAN BENGKOOOOOOK... sedotan bengkok... sedotan bengkoooooook

ya ampooooon, akhirnya karena kesal si emak gak juga memberikan yang dia mau... tu ponakan akhirnya berkeras suara dan mulai merengek, menangis, meraung

Sontak beberapa kerabat terkejut,  ibu saya melotot, saya nyengir, dan kakak tertua saya jadi misuh-misuh. Seingat saya, dia langsung sigap menggotong anaknya menjauh keluar ruangan. Entah kemana. Yang jelas akhirnya si anak yang merauang tidak lagi jadi bahan kekisruhan, karena ternyata akad pun usai. Saya pun resmi jadi isteri orang. Dengan senyum lebar plus cengar cengir. Bahagia? iya. Tapi juga karena lucu. Gimana nggak, itu momen tak terlupakan deh dalam hidup saya. Lagi khusyuk khidmat kok ya digusrah anak yang jejeritan minta sedotan bengkok.

Hahaha. 

Thursday, October 03, 2013

Sweet Seventeen Suit Suiiiiit Part I

Subhanallah... seperti baru kemarin menikah, tahu-tahu sudah lewat 17 tahun ajah. hehehe. Gitu deh, bulan lalu, sudah genap 17 tahun saya menikah. Tuh yang dipajang itu fotonya. Kalau lihat foto ini jadi senyum sendiri, soalnya kok ya di foto itu, kelihatan banget masih pada imut, kuyus dan apa ya .... jadul banget. hehe

Tapi di satu sisi senang juga melihat betapa sederhananya pernikahan masa lalu. Mulai dari urusan prosesnya sampai acara pestanya sampai dandanannya.

Proses dari lamaran sampai pernikahan, alhamdulillah Allah  beri kemudahan. Lamarannya, mmm..... mmmmm.... waduh kok lupa persisnya ya, tapi bulannya sekitaran Juni-Juli deh. Whewwww ... gak merasa penting untuk ingat kapan tepatnya sih, hehehe

Lalu keputusan untuk dapat tanggal 28 September, itu sudah berdasarkan hitung-hitungan para tetua tentang hari baik bulan baik loh. Eeeeiiiits, jangan salah, ini sama sekali gak ada urusan mistik-mistikan wal primbon-primbonan. tetapi murni mencari kebaikan sajah.

Ceritanya, nikah sudah dibulatkan tekad (jaman itu masih jaman soeharto, soal kebulatan tekad masih ngetop loh) akan dilakukan di rumah. Dan tilik punya tilik, pikir punya pikir serta hitung punya hitung, supaya rumah layak untuk dipakai hajatan, setidaknya perlu dibenahi lah sedikit di sana sini. Nah, Rencana pembenahan pleus itung2an bagaimana supaya dana bisa lancar untuk menanggung si benah-benah plus nikah inilah yang akhirnya memunculkan bilangan tanggal keramat itu, 28-September-1996

Semua urusan proses plus pernak-pernik menyiapkan pernikahan praktis "hanya" dikerjakan oleh saya dengan dukungan ibu, bapak dan kakak kedua alias niot. Ya wajarlah, niel kan jauh di Bandung. si Gita masih kecil *gak kecil-kecil amat sih tapi dianggap kecil aja dah*

Mom dan Pop tentu sibuk urusan cari duit, merencanakan pesta dan benah rumah. Niot bantuin bikin undangan. Saya sendiri? ya sibuk sama urusan nyiapin keperluan printil buat hari-H nya. Misalnya nih ya, urusan baju pengantin buat akad dan resepsi saya urus sendiri. Mulai dari merancang model gaun *serius nih, haha, semua hasil saya rancang sendiri dengan ambil inspirasi dari majalah-majalah*, belanja bahan ke Tanabang sampe ngejaitin tu gaun ke tukang jait.

Oh ya, sprei, sarban, sargul, gorden jendela dan gorden pintu juga saya yang beli bahannya dan bawa ke tukang jait untuk dibuatkan.

Urusan pinjem dekorasi dinding juga saya lakukan sendiri dengan jauh-jauh pergi ke Kampung Melayu sana. Sekarang sih udah lupa deh persisnya dimana tu tempat. Yang jelas ada satu orang yang berjasa banget bantuin semua urusan ngoprek rencana pernikahan ini yaitu sohib saya Yesi Maryam, yang waktu itu masih kuliah di Ilmu Politik. Dia itu deh tu yang bantu segala urusan nata meja, ngatur kepanitiaan sampe nganter minjem dekorasi.

Di hari pernikahan pun boro-boro ada barisan panitia berbaju seragam plus pager bagus dan pager ayu yang berbaris rapi terima tamu. Lah wong saya sebage sang penganten sajah gak ada acara riasan apapun, kecuali seulas tipis bedak. Buktinya bisa dilihat deh di fotonya kan... hahahaha

Tapi dulu ya kayak gitu sih senang saja, hepi saja, bukan juga jadi sedih wal muram durja. karena bagaimanapun rasanya menikah waktu itu lebih banyak terasa semangat jihadnya daripada semangat pestanya deh *weeewwwww, ihik...*

Sehingga acara pernikahan pun terasa tetap khidmat meski ada anak meraung-raung minta sedotan bengkok di tengah kekhusyukan pesta. Ah, soal ini mudah2an bisa dilanjutkan dalam cerita pernikahn berikutnya saja. Sebab, ala kulli haal, saat ini saya merasa sangat bersyukur. Sudah melampaui masa 17 tahun pernikahan, memiliki 3 anak yang solih, solihat, lucu, keren, menyenangkan, dan kehidupan keluarga kami sampai saat ini terasa terus membahagiakan.

Nah, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Thursday, May 30, 2013

Perempuan - Emosi dan Uang

Malam sudah larut, tapi Buku Money, A Memoar itu masih memanggil-manggil untuk dibaca. Sebenarnya buku ini sudah lamaaaaaa banget dibeli dan sependek ingatan saya sudah pernah dibaca. tetapi sudah lupa lagi, kecuali sebagian kecilnya saja. mungkin waktu itu sedang speed reading alias baca cepet-cepet atau kurang konsentrasi atau memang, yah...lupa saja

Nah karena lagi sibuk bikin hitung-hitungan keuangan beberapa hari sebelumnya, ketika kemudian sedang beberes rak buku melihat buku ini, langsung saja tertarik untuk membacanya lagi. Kemudian, sebagaimana biasanya saya kalau sudah muncul 'minat baca' susah untuk menghentikan buku yang sudah dipegang dan mulai dijelajahi dari halaman awal.

Oke, back to story, sejak pagi sudah asyik membaca buku yang dikarang sama Mbak Liz Perle ini. senyum-senyum juga baca awalan kisahnya yang tertera di halaman-halaman awal, dan kemudian jadi tambah semangat membaca. sebab, buku yang sebenarnya serius dan 'berat' karena memaparkan soal 'perempuan, emosi dan uang' dalam lingkaran yang penuh onak dan duri *doh, bahasanya* bisa tampil begitu segar karena dibawakan dalam bahasa tutur ringan pleus contoh-contoh kisah nyata yang menarik. wajar bila buku ini juga disebut sebagai "memoar"
Karena seharian harus berbagi waktu dengan mengurusi bobocah, tutugas kantor dan beragam urusan yang penting dan gakpenting tapi harus lainnya maka baru jam 22.30 malam ada kesempatan bisa leyeh-leyeh di kasur tanpa gangguan. mata sih sudah mengantuk. tetapi karena tanggung sudah separuh jalan, si buku yang diterjemahkan sebagai 'Perempuan, Emosi dan Uang' itu dibuka lagi dan kembali dibaca. Wah semakin menarik. Dalam soal uang atau keuangan perempuan rupanya memang sangat emosional. Mungkin itu juga sebabnya, saya kalau sedang tak punya uang merasa menjadi lebih mellow dan hampa *hyaaaa.... hahaha*

Ternyata di malam yang sudah larut itu pun namanya 'gangguan' masih saja datang. yaitu ketika tiba-tiba hp berbunyi dan sebentuk pesan masuk. pesan whatsapp. dari si tetangga, alias @umindud alias adek saya yang punya penyakit sama; suka tidur terlalu larut. ternyata si tetangga ini punya gosip menarik. sehingga satu dua pesan baris whatsapp tak cukup untuk menghentikan kesibukan kami pencet-pencet keyboard hp.

Akibatnya, si buku tetap dibaca sambil disambi chatting yang semakin lama semakin seru dan sesekali juga haru. Dan akhirnya saya menamatkan bacaan si buku ini pada sekitar jam setengah 2 pagi. Dan bersamaan dengan itu, juga berhasil menamatkan chatting nan seru dan sesekali haru bersama si tetangga.
Luar biasa. dua kesibukan yang dilakukan secara serius *beneran loh, chatting saya dengan @umindud ini alangkah seriusnya membahas berbagai persoalan secara tajam, detil dan penuh pemikiran meski mungkin akan dianggap gak penting oleh orang lain, hihihi* bisa berlangsung dalam satu waktu.
Dan kali ini saya tetap bisa menyarikan isi si buku. misalnya soal;

#jangan biarkan uangmu diam *sehingga saya mulai menyodok uang dua rebuan dengan sapu lidi dan si @umindud bertekad akan memancing recehnya menggunakan bulu ayam yang diikat benang*

#tak usah beli oven double yang hanya akan dipakai satu *bahkan saya tak beli karena si tetangga punya*

#jika kau ingin turun berat badan, berolahragalah lebih banyak dan makanlah lebih sedikit *jangan menduga ini buku soal diet*

#ji kau kau menginginkan keterjaminan finansial, menabunglah lebih banyak dan belanjalah lebih sedikit *nah ini lanjutan poin sebelumnya, tentu saja*

#sisihkan uang untuk masa pensiun, meski itu berarti mengabaikan wastafel dekil dan retak di kamar mandi *@umindud kegirangan, sebab wastafelnya dekil sehingga dia membuat analisa ilmiah bahwa dia sudah dekat pada situasi "keterjaminan sosial" BRAVO!*

and last but not least

#kebahagiaan adalah menginginkan apa yang kau miliki, bukan memiliki apa yang kau inginkan

Demikianlah, karena waktu itu sudah amat larut. saya dan @umindud pun meyakini kami menginginkan tidur dan kami lakukan di kasur kami yang empuk dan nyaman dan kami, alhamdulillah, merasa bahagia.

Sekian

Wednesday, May 08, 2013

Editing Bagi Pemula

untuk menghasilkan naskah yang baik dan layak tampil di media, maka editing naskah menjadi salah satu ketrampilan yang mesti dilatih untuk dikuasai. Berikut adalah standar utama mengedit naskah yang kita miliki sebelum mengirimkannya pada media massa  

Standar Editing Naskah

Otak Yang Mengatur Segalanya

Mini ensiklopedia buat anak, silakan disimak...

Otak yang Mengatur Segalanya

Thursday, May 02, 2013

Serahkan Pada Ahlinya

Makan apa yang paling enak?
Makan ketika lapar dan dibayarin orang alias gratis.

Ya, ya, ya, memang perkara makan gratis tu sedep banget, apalagi kalau sedang lapar dan apalagi kalau rasa makanannya bener-bener nampol. Bakalan dapat dua jempol deh.

Malam kemarin ini saya sudah mendekati si dua jempol. Perut lapar eh ada tawaran makan gratis, di bakso lapangan tembak pula. Huuuu, sapa pula sanggup menolak.

Maka meluncurlah saya dan si kawan baik hati ini ke bakso lapangan tembak yang kalau siang kita bisa sayup-sayup beneran mendengar tar-ter-tor suara tembakan *asli, di kuping saya bunyinya sama sekali bukan dar-der-dor apalagi bang-bang*

Setelah larak-lirik dan selidik menu, pilihan saya jatuh pada menu standar; baso campur. Boleh dikata setiap kali mampir ke bakso lapangan tembak, pilihan saya ya hampir selalu ini saja. Enaknya sudah teruji dan sesuai dengan nama si resto, maka saya pilih bakso, bukan kwetiaw atau ayam rada hitam eh lada hitam

Kemudian minuman. Saya pilih teh tarik panas. Sebab saya pecinta teh dan turunan-turunannya, utamanya si tarik ini. Saya teringat betapa pernah beberapa kali minum teh tarik di Ah Mei Cafe dan puas banget. Rasanya pas, nasgitel alias panas, legit dan kentel. Sip lah.

Lalu semua pesanan datang. Saya makan dengan lahap. Teman baik hati juga. Di tengah prosesi makan saya sruput si teh tarik dan otomatis mengernyit. Ah, kok rasa melati. Saya pun jadi rada ilfil.

Saya makan lagi si bakso dengan lahap dan selesainya menyeruput lagi si teh tarik dengan tak lupa membuat gerakan mengaduk-aduk dulu dengan harapan akan bertemu rasa yang lebih 'narik'. Tapi saya kecewa. Si teh tetap berasa teh melati diberi susu. Kurang legit, kurang kental dan kurang tarikan, pastinya. Yang pas cuma satu. Panasnya. Hhhh....

Tetapi saya tidak komplen. Sungguh. Sebab itu salah saya sendiri, milih teh tarik di resto yang spesialisasinya bakso. Dan menyeruput teh dengan harapan mendapat rasa teh tarik yang dibuat oleh resto yang  jago bikin teh tarik. Rupanya saya salah, karena mencampuradukkan kenangan dengan harapan *halah, ungkapan apa pula ini*

Saya lantas saja teringat, pernah minum es teler di Es Teller 77 dan girang karena berasa sedap. Suatu ketika pesan mie ayam dan kecewa. Sebab, rasanya lebih enak mie ayam rahayu dekat rumah atau mie ayam Dedi, masih lumayan dekat rumah juga, kesono sedikit, sebelum pool Bluebird.

Bahkan si Ah Mei Cafe yang saya puji teh tariknya, saya juga puas dengan nopianya *kita disini biasa nyebut itu penganan sebagai lumpia* tetapi begitu pesan sejenis laksa *namanya lupa* saya langsung kapok. Sebab rasanya: Bwah!

Hal lain, saya juga doyan donat JCo, apalagi yang rasa greentea. Wow, yummy! Sehingga tiap beli JCo si greentea pasti masuk list. Kopinya, saya kurang suka. Apa karena waktu itu pilih kopi 'biasa' aja?

Lalu kira-kira bulan lalu saya sempat ditraktir di Starbuck Coffee. Saya pesan white coffe dan rasanya mantap. Sedaaap. Tapi donatnya? Ampuuun.

Jadi kesimpulannya, serahkan sesuatu pada ahlinya. Dan jangan keki kalau rasa masakan yang bukan 'pegangan' si resto tak sesuai harapan. Tetapi tentu saja saya juga harus beri peringatan tegas, lugas, bernas, bahwa ini kan masalah selera ya. Jadi jangan coba-coba salahkan saya *galak* kalau selera kita tidak sama. Sebab jangan-jangan ada yang malah doyan dengan apa-apa rasa yang saya sebut kurang sreg dan kurang sip ini. Nah, kalau itu terjadi berarti kita harus bersepakat pada ketidaksepakatan rasa.

Demikianlah. Salam damai aneka rasa.

PS; Untuk teman baik hati, terima kasih ya, lain kali saya tetap bersedia kok ditraktir, jangan khawatir, pesanan saya pastilah beda.

Dan bagaimanapun juga, Alhamdulillah ya Allah atas semua rezeki yang Engkau berikan.*seraya sendawa kenyang pasca minum teh susu melati*


-fe- 

Tuesday, April 30, 2013

Ajrut-ajrutan

Malam kemarin itu adalah malam yang cukup cerah. Saya pulang dengan tenang karena tugas menyiapkan bahan media gathering tuntas sudah. Tambahan lagi, dari yang biasanya menunggu sang kopaja suka lama, kali ini, eeeeh tepat ketika sampai di  depan Hotel Mulia, tak berapa lama bisnya datang. Alhamdulillah... Hepi kan.

Semestinya demikian. Sayangnya ni happily ternyata gak ever after. Karena si kopaja yang saya naiki rupanya disopiri mantan artis kuda lumping. Bukan karena doyan makan beling, tapi karena bisa bikin bis kopaja ini melompat-lompat. Ajrut-ajrutan.

Sepertinya semangat si sopir adalah bisa ngebut macam di sentul. Apadaya jalanan macet. Sehingga tiap sebentar dia ngegas tiap sebentar pula dia ngerem. Mendadak pastinya. Bikin penumpang terlonjak-lonjak, terlempar-lempar dan sport jantung.

Mulanya saya dapat duduk di kursi paling depan bagian kiri. Sebalnya, di depan dengkul takda besi pembatasnya. Alhasil beberapa kali saya terlonjak ke depan hampir tersuruk ke arah 'bangku artis'. Itu lho tempelan bangku yg kalau terisi maka penumpangnya bisa separoh muka menghadap ke arah penonton eh penumpang karena posisinya menghadap pintu.

Begitulah saya sempat terlonjak dan terdorong dua kali. Sebel sudah pasti. Dan si kusir eh si sopir sepertinya belum mau berhenti. Malah semangat. Apalagi, percaya gak Anda semua, si kenek alias kondektur bolak balik tereak, Blooooo-em.... Blo-eeeem, hoyaaaaaa....hoyaaaaa yang suaranya itu nyata-nyata makin klop sama ajrut-ajrutannya si sopir dalam berkendara.

Yang ngomel dan merutuk-rutuk bukan satu dua penumpang lagi. Termasuk saya. Tapi si sopir kayaknya pake headset atau daon seledri di telinganya atau yang paling jelas ya memasang prinsip acuh baelah dalam aturan berkendaranya, hingga dia tetep saja penuh semangat membawa sang kopaja laksana tengah membawa boom-boom car, tapi di bagian sesi nubruk-nubruknya sahaja.

Setelah dua kali terlempar dan ikut merutuk, ada seorang ibu turun. Bangkunya, di sebelah kanan saya kosong. Sayapun pindah dan merasa sedikit lebih lega. Sebab sekarang ada pegangan di depan saya, yaitu kursi di depan saya.

Sambil menulis ini posting, si kenek masih saja tereak hoya-hoya. Dan si sopir masih membawa kopaja seenak jidatnya. Kami pun terpental-pental. Ajrut...ajrutan...ke kiri dan ke kanan. Untung saja saya bukan lagi si remaja, yang mungkin akan berkata, anjriiit sebagaimana saya biasa dengar para abege berkata begitu kalau njengkel dengan sesuatu. Tapi saya tak begitu. Saya malah bikin posting. Biar Anda semua tahu saya kesal. Tapi masih bisa menulis dan kemudian berbagi. Untuk kemudian senyum sendiri.


Hyaaaaaaaa......

Eh, ini bukan bermaksud nyaingin si kondektur ya!

-fe-

Monday, March 11, 2013

Bajaj Pasti Berlalu

Sejak usia 8 bulan, saya sudah harap-harap cemas, kira-kira si baby Zay akan bicara apa ya untuk pertama kali?

Sebagaimana umumnya bebayi lain, sejak usia 8 bulan itu dia sudah mulai babbling alias ngoceh ala bayi dengan bunyi tak jelas, aaaa, eeeee, ooooo dst

lalu kita semakin sering ajak baby Zay untuk ngomong, diajak ngobrol dan tentu saja diberi arahan-arahan, seperti: eh... itu ada kucing, lihat...lihat... kuuuuu....cing

Biasanya Zay akan tertarik dan menunjuk dan bilang aaaaa

Semakin lama semakin jelas, kalau ada yang dia inginkan atau dia minat, Zay akan bilang baaaaa, lalu bwaaaa sampai akhirnya jelas bahwa bunyi yang terdengar adalah Bwaah!

Bwah!
Bwah!

Mau makan, bwah
Mau keluar, bwah
Mau minum, bwah
Mau jalan-jalan, bwah

segera saja Zaydan pun terkenal sebagai si Bwah karena teriakannya ini jelas lugas dan tegas untuk beragam-ragam acara dan situasi  :D

Memang, sesekali di usia 9 bulanan dia sudah pernah babbling dengan kata papapapap, dan pernah juga mammma. tetapi dua kata itu tidak direken sebagai ucapan pertama karena tidak konsisten dan tidak bisa diulang atau diminta ulang

Sampai akhirnya di usia setahun, setelah kita sudah kenalkan dengan berbagai kata Mama, Papa, Kucing, Cicak, Kakak, Abang (kadang Babang), Nenek, Ayam, dsb ternyata suatu hari dia malah lantang bilang Aaaaajay, sewaktu saya mengenalkan kata Bajaj sambil menunjuk si kendaraan oranye yang melintas di sebelah motor kami.

Saya tertawa, suami juga. Pintarnya dia babbling kata-kata Aaaajay

Lalu, ada satu bajaj lagi yang melintas, dan saya tunjuk: tuh, ada bajaj, dadah bajaj....

eh, dia kembali teriak Aaaaajay. Wow!

Saya tunjuk mobil. Itu mobil, dadah mobil...
Bwah

Itu bis, dadah bis....
Bwah

Itu bajaj, dadah bajaj...
Aaaaajay!

Saya tertegun, lalu tertawa. Suami juga. Dan kita ngakak bersama. Sudah jelas. tak dapat dipungkiri, di usia setahun, kata pertama yang diucapkan oleh Zaydan, dengan jelas, lugas, tegas, dapat diulang, dapat diminta ulang, bukanlah mama, papa, kakak, abang, nenek, ayam, cicak, juga bukan kucing, melainkan bajaj dengan prononsesyennya terdengar aaaajay!

Maka berbulan setelah itu, semakin banyak kata kami perdengarkan, semakin banyak benda kami jelaskan nama-namanya, dengan harapan suatu hari dia akan semakin banyak celotehnya selain bwah dan ajay. Butuh waktu agaknya karena sampai 17 bulan pun hanya dua kata itu yang masih amat lekat di lidahnya.

memang sih, sesekali ada laporan dari uwaknya alias @mamaook dan dari neneknya bahwa dia bisa juga kelepasan bicara, berkata nyenyek ke nenek dan weh ketika diminta mengatakan kuweh. Tetapi karena belum mantap diucap dan belum kerap diungkap, kedua kata itu tetap belum masuk itungan, hehe

Alhamdulillah setelah memasuki usia 18 bulan, Zaydan kini sudah bisa bilang papa, mama dan kakak dengan jelas. bahkan kata kakak-nya ini dengan desis "h" sehingga terdengar seperti khakha...

Sudah sering diucap, berulang-ulang, tegas, jelas dan lugas. Papa, mama, khakha... lalu dia akan oceh sendiri, papa... mama... khakha... papa...mama...khakha.... 

Akhirnya, bajaj pun lewaaat...


Thursday, March 07, 2013

Momkito Pigi Kursus

Suatu hari si gogit bikin woro-woro, sms tepatnya, katanya ada info kegiatan yang bisa jadi menarik buat momkito. Semacam kursus dakwah gitu deh. Secara momkito katanya kan akhir-akhir ini lebih sering menonton sinetron dan gosip pagi *pleus siang dan sore* meskipun juga sambil disela dengan menonton yang ngelmu alias tayangan-tayangan macam dari national geographic atawa discovery channel

Tetapi begitulah, setelah saya sempat melupakan itu sms eh pada suatu masa momkito kasih kabar kalau dia dah daptar itu kursus dan kemudian bersemangat untuk hadir. Ya eyalah, secara untuk momkito urusan kursus dakwah itu penting banget gitu loh, sebagai kegiatan yang menopang nilai-nilai dunia akherat. Widiii, mantap kali kaan.


Nah lalu muncul secercah persoalan, bagaimana dengan urusan pergi pulangnya momkito ke itu kursus yang ada di  bilangan kebayoran baru?
 

Awalnya si niot gusrah gogit untuk jadi pengantar dengan alasan; “kau beri usul kau jadi penanggungjawab” kira-kira begitu todongannya. Lalu gogit berkelit; “baiklah kuantar momkito tetapi sediakan kendaraannya”
 

Eaaaa, beloman ketemu deh solusinya
 

Lantas secercah cahaya datang *tadi kan secercah masalah* si tatahulpiy bersedia antarjemput momkito di setiap hari Kamis jam 14  sd usai itu. Memang kalau ditilik-tilik itu jadwal si kursus lucu juga, baik hari dan jamnya, nanggung gitu. Tapi biarlah, yang penting urusan antar mengantar beres.
 

Lalu  di hari H tepatnya hari ini, yaitu Kamis yang menjadi Kamis pertama itu si kursus buka, momkito dah bergairah sejak pagi. Soalnya hendak kursus dakwah. Eits, salah dink, bergairahnya sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu karena beliau sedemikian bersemangat mengira-ngira apa yang akan terjadi disana, di tempat kursus tepatnya
 

“aku bosen gak ya? “
“yang membawakan materi enak gak ya?”
“Kalau nggak sip aku mau brenti aja ah”
 

Lha…lha…lha gairah macam apa itu? Tetapi benar sodara-sodara, beliau benar bergairah, hanya saja sebagai seorang yang mengaku seniyooor dan profesyonel *uhuk* dalam mengajar mengaji maka beliao sebenarnya hanya grogi dan kawatir kalo yang ngajar anak-anak “kemaren sore” hahaha. Wajarlah, momkito itu kan sudah menjelang ampir deket banget sama usia 70 dan pengalamannya seabrek jadi ya kira-kira... paham dah yaaa
 

Daku pun memberi selamat saat akan beranjak ke kantor, ucapan selamat bersenang-senang dan selamat menikmati kursus tentu. Momkito menanggapi dengan berseri-seri dan jawaban; “aku dah siap, bahkan pulpen dan buku baru dah dapat, dibelikan niot”
 

Wuih, mantaaaaafffp
 

Eng-ing-eng…..
 

Waktu menunjukkan pukul 12.45  waktu senayan. Rapat baru saja usai ketika aku melihat bahwa di hape ada mesej baru belum dibaca. Kubuka dan dhong!!! Ada mesej dari momkito yang intinya adalah mengabarkan bahwa tatahulpiy yang janji akan setia menjadi pengantar dan penjemput hari ini takbisa hadir *semoga benar cuma kali ini, semoga Allah memudahkan urusannya di hari lain, terutama Kamis, aaamiiin ya Allah*
 

Wadududududu, pegimanah enih…
 

Momkito mulai uring-uringan, lalu mencari-cari sesiapa yang bisa menjadi pengantar. Sayang sekali daku tak bisa. Lalu momkito menanyakan kohedi, sayang kohedi entah dimana, aku tak tahu yang jelas dia ada rapat dengan rekan-rekan bisnisnya

Kubisa bayangkan wajah momkito menjadi gundah dan sedikit kecewa. Kubujuk-bujuk untuk sabar. Sampai akhirnya momkito bertanya apakah bajaj bisa sampai ke tempat kursus. Kujawab bisa.
 

Lama tak ada jawaban, akhirnya sekitar jam 13.30 momkito memberi mesej baru; “aku dah berangkat, naik bajaj. Tadi pakai payung, dan kacamata hitam, yang kemarin beli di Ancol”
 

Alhamdulillah… ternyata beliau tetap kukuh menata semangatnya untuk berangkat. Dan yang paling penting, beliau bisa pakai itu kacamata hitam baru yang sedari kemarin dia ceritakan dengan bangganya beli di pinggir pantai ancol demi menghindari sengatan terik silau matahari.
 

Kapan lagi tu kacamata bisa dipakai ya? Ah, ternyata inilah harinya. Selamat, semoga kursusnya lancar mom!

Tuesday, February 26, 2013

Vitamin C itu Penting

Soal vitamin C itu penting rasanya kita sudah pada paham dan sudah pula sering dengar. Tapi soal kepedulian untuk memastikan asupan Vit C itu cukup, nah itu soal lain.

Kalau dari berbagai hasil brosing, Vitamin C atau biasa dikenal dengan asam askorbat ini diketahui punya tugas penting dalam pembentukan kolagen yang membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu penyerapan zat besi

Selain itu terkait dengan kondisi gangguan dalam tubuh, Vit C juga bisa membantu mengatasi hal-hal seperti di bawah ini yang saya kutip dari http://health.kompas.com/read/2011/05/12/08405796/Vitamin.C.yang.Serba.Bisa.

apa saja hal-hal gangguan tubuh itu? 

- Stres
Studi meta-analisis menunjukkan vitamin C bermanfaat untuk orang yang sistem imunnya rendah akibat stres.
"Vitamin C adalah gizi yang sensitif terhadap stres dan kadarnya lebih rendah pada pencandu alkohol, perokok, dan orang obesitas. Oleh karena itu, kecukupan vitamin C dalam tubuh bisa menjadi penanda kesehatan secara umum," kata Mark Moyad, peneliti dari University of Michigan.
- Influenza
Ketika musim flu sedang tiba, vitamin C bukanlah obat yang manjur. Namun, beberapa riset menunjukkan vitamin C membantu mencegah komplikasi akibat flu, seperti radang paru atau infeksi paru.
- Stroke
Walau masih terus dikaji, sebuah studi dalam American Journal of Clinical Nutrition menemukan orang yang tubuhnya memiliki kadar vitamin C yang tinggi berisiko 42 persen lebih rendah mengalami stroke dibanding yang kekurangan vitamin C.
- Keindahan kulit
Bukan tanpa alasan jika belakangan ini makin banyak produk kecantikan kulit yang menggunakan vitamin C sebagai kandungan utama produknya. Vitamin C memang bukan hanya berpengaruh pada sel-sel di dalam tubuh, tapi juga di luar tubuh.
Penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition menguji kaitan antara penuaan kulit dan asupan vitamin C pada 4.025 wanita berusia 40-74 tahun. Mereka menemukan bahwa wanita yang kadar vitamin C-nya tinggi memiliki kulit yang jarang keriput, kenyal, dan lembab

Nah, begitu pentingnya manfaat vitamin C dalam menjaga kualitas hidup seseorang, Mark Moyad, MD dari University of Michigan, Amerika Serikat, yang melakukan riset tentang vitamin C mengatakan, kadar vitamin C dalam tubuh bisa menentukan status kesehatan secara keseluruhan. Dengan kata lain, kita bisa dianggap kurang sehat jika kekurangan vitamin C.

Sayangnya, vitamin C tidak bisa dibuat tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar. Selain itu, kadar vitamin C dalam jaringan juga sangat cepat menurun karena mudah sekali teroksidasi.
"Vitamin C tidak bisa disimpan dalam jumlah banyak karena sifatnya yang mudah larut dalam air, sehingga kita tidak bisa makan vitamin banyak-banyak untuk cadangan seminggu misalnya,"kata kata dr. Fiastuti Witjaksono, Sp.GK, ahli gizi dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Indonesia sebagaimana tertera di http://health.kompas.com/read/2011/05/12/07392879/Jangan.Remehkan.Vitamin.C

Dengan banyak informasi seperti ini, lantas banyak juga produsen obat maupun makanan minuman yang "menjual" kadar vitamin C dalam produknya. Sudah biasa kan kalau dalam iklan atau keterangan bahan produk disebut "Mengandung Vit C sekian ratus miligram" dan bla bla bla

Begitu juga minuman kesehatan yang mengandung vitamin C baik kadar kecil, sedang sampai yang tidak tanggung-tanggung mencapai 1000mg!

Tetapi, tubuh kita sebenarnya butuh berapa banyak Vitamin C sih?

Dalam kondisi normal, setiap hari kita membutuhkan vitamin C sekitar 45 mg. Bagi wanita, ketika mereka hamil dan menyusui, kebutuhannya naik, yakni menjadi 60 mg saat hamil dan 85 mg ketika menyusui.
Tapi kalau lagi abnormal alias lagi sakit atau baru sembuh sakit, rentan terpapar polusi sedang stres, , kurang tidur,dan kondisi-kondisi "luar biasa" lainnya jelas tubuh membutuhkan vitamin C dalam jumlah yang lebih banyak dari kebutuhan normal. Kalau mau dikali 3 kali lipat baru dapat angka sekitar 150 sd 200 mg per hari. 

Kalau sampai 500 atau 1000mg? yah, yang ada sih sayang aja karena bakal dibuang juga sisa yang tidak diperlukannya lewat urine.

Padahal, nah, ini masalahnya, segala suplemen Vit C itu umumnya moahal sodara-sodara. Minuman larut air yang Vit Cnya 1000 mg alias akan dibuang via p*p*s itu harganya mencapai diatas 25 rb per tube isi 10 butir. Minuman lain dan suplemen lain juga begitu. 

Padahal katanya, kalau tubuh sedang fit cukup makan 100gr Kiwi sudah memenuhi kebutuhan sehari akan Vit C. Lha, Kiwi kan mahal? ya, tapi harganya sesuai sama si suplemen larut air itu dan Kiwi jelas berasa lebih yummy plus kita dapat vitamin lain dan serat pula.

Atau gampangnya makan tomat dan jeruklah, sekitar 2 sd 4 buah sehari. Makan cabe alias sambel juga dapat Vit C tuh, tapi kalau banyak, ditambah bonus m*ncr*t bagi yang sensi, hihihi

Kalau memang gak punya buah atau lagi gada buah atau malas beli buah *ih, kok malas* ya suplemen vitamin bisa juga sih, meski sebaiknya gakusahlah ambil yang gede banget miligramnya. Soalnya? sayang duitnya. Hehehe, dasar irit!

Ini dari tadi ngomongin Vit C gegara baru pulang dari dokter gigi akibat nyeri gusi. Dan usai diperiksa plus dikasih resep sang dokter lantas mewanti-wanti saya buat mengkonsumsi Vit C. Boleh pake suplemen, katanya. Pleus makan buah dan sayur banyak-banyak.

Nah, karena itu langsung deh saya mengagendakan beli tomat dan jeruk buat esok hari plus meluncur ke toko obat buat beli tablet vitamin C dua kotak. 

Kenapa dua? karena, saya butuh satu kotak buat cadangan saya sendiri dan satu buat seisi keluarga yaitu si papa, kakak, abang, adik pleus para  tetangga. Ya, ya, ya, Anda tidak salah dengar. Tetangga saya, terutama si anak-anak tetangga, ternyata sangat favorit dengan tablet Vit C yang saya punya ini. Mereka suka minta dan herannya tidak dengan halus tetapi cenderung dengan memaksa.

Misalnya dengan mengulang-ulang permintaan sampai belasan kali tepat di kuping saya *kadang bahkan tepat saat saya didera kantuk, sungguh terlalu!* dengan kalimat: "Ma...aku mau IPI ma, ya ma, ya ma, boleh ke...boleh ke...(baca dengan logat melayu ya sebab mereka, si anak2 tetangga saya  ini sudah terinfiltrasi oleh pilem upin ipin)

Bahkan emak si anak tetangga ini pun mengaku bahwa kalau bicara Vit C, anak-anaknya akan berkata, kalau IPI kita takusah beli, dapat di rumah mafela saja. Aaaarrrrgh. Keterlaluan!

Jadi begitulah. Mohon maaf kalau saya secara gamblang dan terang-terangan menyebut merek tablet Vit C ini. Soalnya tablet Vit C ini harganya terjangkau sekali sih. Saya beli tak sampau 4rb rupiah dan dapat satu kotak isi 50 butir tablet Vit @50mg. Lumayan kaaan. 

Pemakaiannya ya silakan disesuaikan kebutuhan. Bisa satu sampai 5, 10 atau 20 butir per hari kalau memang perlu. Kalaupun ini nampak seprti promosi, tak apalah. Yang penting kita semua bisa hidup sehat dan tercukupi kebutuhan akan Vit C sehari-hari, ya kan.




Monday, February 04, 2013

Cara Gampang Cari Uang

Tiap tahun, persisnya menjelang Lebaran, para petinggi di negeri bernama de-ka-i sibuk mewanti-wanti rakyatnya.

Katanya Sih Ini Bagian Program Diet Kelapa
“Duhai rakyatku, pergilah kalian dengan tenang ke kampung halaman sana. Nikmatilah kecerian setahun sekali itu bersama sama keluarga dan handai tolan. Pupuslah rindu redam kalian *loh kok jadi puisi?* Tapi tolong, tolong, sekali lagi tolooooong, jangan bawa pulang ke de-ka-i  calon warga baru, meski dia adalah sanak saudara, pun dia handai tolan, atau siapapun yang akan mejejali negeri yang sudah penuh sesak ini.”

Begitu kira-kira.
Apakah si rakyat mendengar?
Tidak. Pastilah tidak. Sebab, tetap saja pendatang bermunculan di negeri de-ka-i
Tidak. Pastilah tidak. Sebab, semua wanti-wanti itu kan sifatnya himbauan, bukan  titah wal hukum yang dikuatkan lewat sebentuk undang-undang *yang toh undang-undang pun sering diabaikan, duhhh*

Well, begitulah, si negeri de-ka-i makin gemuk saja, dengan lahan yang cuma segitu-gitunya.
Dan sayah lantas punya sebuah dongeng mengenai mengapa si de-ka-i menjadi semakin gemuk dari hari ke hari, karena menurut sayah salah satunya karena di de-ka-i ini cari duit itu ternyata gampang. Gampaaaang banget.

Ih, maca ciiiih? Cyuuuus? Miapah?
Miayam
Mibaso
Mitektek
Miso-soup
Mikrolet
Minimarket

Tuh… itu sajah sudah menunjukkan betapa banyaknya lahan pencarian bakat eh duit di Jakarta.
Nah, kemudian sayah kembali ke kampong sayah di salah satu pojok belantara Jakarta. Ini bukan fiksi, saya memang tinggal di sebuah tempat bernama aseli Kampung Pela dan rumah saya benar-benar berada di pojokan alias mentog.

Di ujung jalan, ada beberapa bapak suka duduk leyeh-leyeh, ngobrol ngalor ngidul, kadang sambil ngebul baik itu akibat kopi panas ataupun rokok lalu pulang mengantongi duit. Itulah para pengojek. Dalam sebuah wawancara singkat dengan seorang  isteri pengojek, dia mengaku minimal sang suami membawa uang 50 ribu rupiah dalam 12 jam waktu operasi, dari jam 6 pagi sampai jam 6 petang. Dipotong bensin hari itu plus rokok *geram sayah sebenarnya, hare geneh masih merokok aje, hih* maka dia membawa bersih sekitar 30 ribu rupiah per hari.

Sementara sang isteri lebih perkasa dari suaminya ternyata, darimana saya tahu? Karena dia punya jadwal ketat dalam berkarir dengan rincian; pagi cuci gosok di rumah A, siang di rumah B dan malamnya dia sediakan waktu untuk merangkai mote-mote di pinggiran kerudung pesanan satu konveksi.

Di RT yang berbeda ada dua penjualan makanan keliling. Tidak pakai sepeda, tidak juga gerobak. Andalannya kekuatan bahu, tangan dan sesekali kepala. Dagangan yang dijajakan pun spesifik. Yang satu gorengan. Yang satu aneka buburan, eh bubur dan kolak tepatnya.

Ibu gorengan hanya menjual gorengan, tempe, tahu, bakwan, ubi, pisang dan sesekali comro atau misro. Dagangannya hanya digendong di pinggang, sesekali diletakkan di kepala.

Mbak bubur *karena orangnya lebih muda* hanya menjual variasi bubur dan kolak, yaitu bubur sumsum, kacang hijau, ketan hitam, biji salak dan kolak *kadang ubi plus pisang, kadang ubi plus singkong*. Bakul dagangannya yang berisi panci di-ais pakai kain jarit *yang untuk menggendong bayi itu loh*sementara tangannya memegang keranjang berisi bubur yang sudah diikat-ikat dalam plastik.

Jam kerja mereka pendek saja. Ibu gorengan hanya beredar usai magrib sampai jam 21. Mbak bubur keluar dari rumah jam 3an dan pulang magrib. Keduanya bekerja hanya sekitar 3 jam.  Bu gorengan mengaku menjajakan gorengan sekitar 100 potong sehari dan Mbak bubur menghabiskan 4 panci sedang  bubur dan kolak.

Sedikit di belokan RT sayah ada rumah tetangga yang punya usaha sederhana. Jual lauk matang. Hanya ditaruh di meja dan etalase kecil di teras rumah, tapi dagangannya ini ternyata laris manis. Sebab, yang dijual beraneka macam masakan rumahan dan rasa masakannya enak sesuai judul masakannya. Kalau sayur lodeh ya rasa lodeh. Sop rasa sop. Balado ikan rasa balado. Dan semur ya rasa semur. Ih, emangnya ada masakan yang beda rasa dengan judulnya? Sayangnya ada.  Dan sayah pernah ketemu warung makan yang makanannya beda-beda tapi rasanya semua searah. Kurang sip gitulah.

Di ujung gang sayah tinggal juga ada tukang teh poci, yang digawangi sepasang suami isteri muda yang baru punya bayi usia 3 bulanan. Usaha mereka? Ya itu tadi dagang teh poci. Mereka berdagang dari semenjak baru menikah dan menjaga gerobak teh pocinya bergantian. Dalam sehari, kata si isteri mereka menghabiskan 3 kali ganti drum teh *apa itu nama aslinya? Pokoknya tempat simpan itu si teh poci yang sudah dilarutkan dengan air panas* dan satu the bisa menjadi kira2 seratus gelas teh poci.

Di ujung jalan sedikit lebih jauh, kira2 lima menit jalan kaki, sayah punya tempat langganan beli air kelapa. Yang jual anak muda, yang sayah ikuti perkembangan jualannya *deuh, gaya* dari mulai buka usaha kelapa muda sampai sudah menjadi dua tahun usaha. Jualanannya konsisten, kelapa muda *kadang sedikit tua juga sih*.  Dari dia sendirian sampai sekarang sayah lihat dia punya dua asisten yang sayangnya masih sering salah menentukan mana kelapa yang muda dan remaja.

Begitulah, itu gambaran singkatnya. Sebab, kalau keliling di er-we sayah saja, gak kehitung beraneka usaha yang digelar para warga. Yang jualan susu kedele, gado-gado, ketupat sayur, ikan hias,  tambal ban, dll. Itu belum termasuk skala “serius” yang membutuhkan sewa tempat dan modal lebih besar seperti pangkas rambut, salon, warnet, cuci motor, mie ayam, mie bakso, fotokopi, dan toko pakaian.

Di depan sekolah-sekolah  usaha rakyat de-ka-i malah lebih unik, sebab sayah lihat sendiri betapa dagangan di depan beberapa SD meliputi: mainan produk si abang misalnya kincir angin dari bekas gelas mineral, gambaran yaitu sebentuk gambar seperti cinderella, thomas, upin-ipin yang tanpa warna dan bahkan kadang gambarnya pun asal saja yang dijual supaya anak2 bisa mewarnainya, lalu ada juga penjual anak ayam wal  anak bebek wal burung *kadang hewan2 ini sudah diwarnai jadi merah, hijau, kuning mengenaskan*, lalu penjual kadal *dibawanya pakai botol air galon*, ada pula jasa sewa gamewatch,hingga penjual mimpi karena anak-anak membayar sekian rupiah membeli permen yang disebut “berhadiah”. Kadang ada hadiahnya, dan tentu lebih sering tidak berhadiah.

Semua yang sayah sebut itu baru yang ada di sekitaran rumah sayah loh ya. Belum kalau bicara di lingkup yang lebih jauh. Di terminal misalnya. Kita bisa ketemu jasa semir sepatu, jasa tukar uang receh, penjual tisu dan permen *hanya itu, lain tidak* sampai tukang pijat refleksi.

Aneka usaha tadi, sebutlah jual kadal dan jasa cuci gosok rasanya agak sulit dibayangkan terjadi di Haur Lawang kampung mertua sayah atau di Kelok Tigo dekat kampung ayah sayah. Selain kadal itu bisa dicari di belakang rumah dan gak perlu beli, orang-orang cenderung mencuci gosok sendiri pakaian rumah tangganya.

Jadi sepertinya menurut sayah ujung-ujungnya semua ini salah si bos pemerentah de-ka-i nya sendiri *paling enak loh nyalahin pemerentah, masak  iya nyalahin diri sendiri, hihi. Minta maap sebelomnya ya pemerentah. Ampun, namanya juga dongeng.* Sebab segala pusat kekuasaan, pusat ekonomi, pusat budaya, pusat kemegahan, pusat kenyamanan dan pusat kekomplitan bersemayam penuh di lingkaran si de-ka-I sendiri.

Selama negeri-negeri lain di luar si negeri de-ka-i masih belum juga dibuat banyak fasilitasnya, nyaman, indah dan bikin betah warganya, mereka masih akan terus mencari-cari negeri lain yang bisa bikin betah.
Dan si negeri de-ka-i apa boleh buat masih menjadi magnet bagi banyak orang yang ingin mengadu nasib alias ingin cari duit.  Harapannya awalnya mungkin ingin bisa jadi pegawai “kantoran” atau menjadi pengusaha sukses yang beromset miliaran. Tetapi kalaupun belum terlaksana, orang-orang ini akan terus bertahan semampu mereka dengan ya itu tadi, bisa menjadi pemijit kaki atau menjual anak ayam warna-warni.

Tuesday, January 29, 2013

Posisi Laki-laki Lebih Tinggi

Maaf yak, bukan mau diskriminasi, tapi...
posisi anak laki-lakiku memang lebih tinggi dari anak perempuanmu
Itu fakta lho, bukan fiksi *colek @ummindud


Thursday, January 17, 2013

(Tetap) Banjir

Alhamdulillah, sudah tahun 2013. Hiruk pikuk pemilihan kepala daerah sudah lewat. Jokowi (Joko Widodo) dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) sudah terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Kita tentu berharap pejabat baru ini bisa memberikan perubahan positip yang berarti. Membuat sebentuk pembaharuan. Gak salah dong berharap gitu, salah sendiri bikin tagline kampanye Jakarta Baru
:D
Gaya kerjanya sih sudah mulai nampak beda. Jokowi demen blusukan, yang artinya sih semacem turba wal sidak wal keluar masup kampung gitulah. Ceritanya kan lebih merakyat dan lebih sigap gitu. Sementara Ahok lebih banyak main di tataran pertemuan dan meeting, sehingga jadi mirip pengusaha lagi bikin rapat bisnis. Hehe.

Kalau di berita-berita media, Bang Ahok ini sepertinya dah mulai sering gerah, sehingga sering naik darah, lalu ngumel-ngumel wal kadang-kadang misuh-misuh atau malah meletup-letup saat dipojokkan oleh banyak pihak. Ya pengusaha, pemerhati *sosial, jakarta, berita de el el* juga mahasiswa. Maka lengkaplah celetukan orang kalau Bang Ahok beneran mirip pengusaha lagi mempertahankan bisnis di Mangga Dua.

Berbagai rencana sudah mulai dijembrengin oleh Bang Joko dan Bang Ahok ini, dari mulai niatan meng-golkan proyek MRT, bikin perumahan alias rusun bersubsidi dekat stasiun, ngegeber kartu sehat dan kartu pintar dan lain-lain.

Lalu, para penonton yang dulu menggebu-gebu menjunjung, juga wartawan dan pengamat yang mengelu-elukan *kan di kampung betawi, wajar kan di elu-elu in :p* mulai kumat pasang stopwatch seperti yang sudah-sudah kalau ada orang naik jabatan. Mereka diberi target 100 hari untuk membuktikan kalau kerja mereka memang “aduhai”

Maka saya suka kesian liat Jokowi dan Ahok ini, soalnya, apa saja sekarang jadi sorotan, mentang-mentang argo 100 harinya sudah berjalan. Semua tingkah laku, ucapan dan kebijakan segera dikaitkan sama janji-janji kampanye dahulu kala, pleus tentu saja diberi polesan komen dan evaluasi. Hingga, mungkin saking capeknya, Bang Ahok sampai dikabarkan sempat gebrak meja dan bilang, “Kami baru dua bulan, Bung!” wah, jadi mirip orang medan, dia! hehe

Kemudian, jelang 100 hari sudah diambang mata, musim hujan beneran pun tiba. Kenapa saya sebut beneran, karena sejak trisemester akhir 2012 juga sudah mulai ada hujan, tapi masih berwujud sepoi-sepoi saja. kadang hujan deras dikit untuk kemudian berhenti.
Namun di akhir Desember sampai awal Januari, hujan lebat yang bat bat bat mulai sering mengguyur hingga berubah menjadi hujan deraz raz raz yang ditingkahi pula dengan angin kencang sampai pertengah Januari. Frekuensi hujan jadi berubah dari yang tadinya sekedar sore hingga malam menjadi dari tengah malam ke pagi buta menderas, lalu mereda sampai subuh lalu menderas sampai dhuha lalu merintik sampai zuhur lalu menderas sampai ashar lalu… yah, itulah hujan sepanjang hari.

Baru hari ke-90 Mas eh Bang Jokowi, tapi tamu rutin Jakarta sudah datang menghadang. Banjir. Banjir. Dan banjir. Memang sih di beberapa tempat ukurannya masih sebatas *mengutip perkataan mantan Gubernur DKI yang lalu, Bang Foke* air tergenang saja. Tapi di beberapa tempat sudah sampai ke dada *bebek* alias semata kaki.

Lalu hujan tak kunjung berhenti. Angin kencang masih menari-nari. Air pun naik sebetis dan belum berhenti. Di hari ke 92, Jokowi pun berkata; Banjir semalam terlalu banyak. Hyaaaaaa saya pun mengikik tergeli-geli…

Hari ini baru hari ke-94 Jokowi, tetapi beliau sudah membuat Tanggap Darurat Jakarta terhadap banjir. Lalu kembali blusukan menyambangi tempat-tempat banjir dan membagikan bantuan di sana-sini.

Jelas, kepalanya pasti pusing, karena banyak pihak mulai berteriak, bagaimana ini Jokowiiiiiii…. dan saya duga Jokowi pasti merindukan kota Solonya nun jauh di sana, dimana  air mengalir sampai jauuuuuuh

Welcome to Jakarta Jokowi. Selamat bekerja.
Maaf baru sempet kasih selamat ya

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More